MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

21 Desember 2015

Pentingnya Belajar Adab


Telah banyak diriwayatkan perkataan para ulama salaf yang memuji dan menyanjung adab (etika) dan orang-orang yang beradab, dan anjuran mereka untuk berpegang teguh pada adab. Syaikh Abdul Aziz bin FathiAs-Sayyid Nada dalam kitab Mausuah Al-Adab Al-Islamiyah menyebutkan beberapa perkataan ulama yang menunjukkan pentingnya adab bagi seseorang.


Abdullah Al-Mubarak ditanya oleh Habib Al-Jallab, “Apakah hal terbaik yang diterima manusia?”
Dia menjawab, “Akal yang bagus.”
Habib lalu bertanya, “Jika tidak?”
Dia berkata, “Adab yang baik.”

Ibnu Sirin berkata, “ Dahulu mereka (ulama salaf) mempelajari adab sebagaimana mereka mempelajari ilmu pengetahuan.”

Al-Hasan berkata, “Dahulu, seseorang pergi setiap dua tahun sekali untuk menjadikan dirinya beradab.”

Habib bin Asy-Syahid berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, bergaullah dengan ahli fikih dan para ulama, dan pelajarilah adab dari mereka. Sesungguhnya hal itu lebih aku sukai daripada banyak bicara.”

Beberapa orang zaman dahulu berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, jika engkau mempelajari satu bab tentang masalah adab, itu lebih aku sukai daripada engkau mempelajari tujuh puluh bab ilmu pengetahuan yang lainnya.”

Abu Bakar Al-Muthawwa’i berkata, “Aku bergaul dengan Imam Ahmad bin Hambal selama dua belas tahun. Selama itu dia membacakan kitab Al-Musnad kepada anak-anaknya, tetapi aku tidak menulis satu hadits pun selama itu kecuali memperhatikan tingkah laku dan akhlaknya saja.”

Adz-Dzahabi berkata, “Majelis ilmu Imam Ahmad dihadiri oleh lima ribuan jamaah, lima ratus orang dari mereka menulis hadits dari Imam Ahmad, sedangkan yang lainnya sekadar memperhatikan tingkah laku, akhlak, dan adabnya saja.”

Ibnu Al-Mubarak pernah bersyair, “Aku menundukkan nafsuku dan aku tidak mendapatkan kekuatan yang lebih baik daripada adab –di samping takwa—untuk menundukkan nafsu.”

Ibnu Al-Mubarak berkata, “Aku telah belajar adab selama 30 tahun dan belajar ilmu pengetahuan selama 20 tahun. Orang-orang terdahulu belajar adab dahulu baru kemudian belajar ilmu pengetahuan.”

Al-Qarafi dalam bukunya Al-Furuq menerangkan kedudukan adab, “Ketahuilah bahwa sedikit adab lebih baik daripada perbuatan yang banyak. Karena itu, Ruwaim –seorang alim yang saleh—berkata kepada anaknya, ‘Wahai anakku, jadikanlah perbuatanmu sebagai garam dan adabmu sebagai tepung gandum’”.
Maksudnya, perbanyaklah adab hingga perbandingannya dengan perbuatanmu seperti perbandingan tepung dengan garam, atau adab yang baik dibarengi amal perbuatan yang sedikit lebih baik daripada kurang beradab walaupun banyak amal perbuatan.

Pentingnya adab membuat para imam penyusun kitab hadits memasukkan bab adab dalam kitab mereka. Kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah memuat bab khusus tentang adab di dalamnya. Selain itu, para ulama juga menulis kitab yang khusus membahas tentang adab. Berikut ini contohnya:

  1. Adabul Mufrad karangan Bukhari
  2. Al-Adab karangan Baihaqi
  3. Al-Jami’ li Al-Akhlak Ar-Rawi wa Adab As-Sami karangan Al-Khatib Al-Baghdadi
  4. Al-Jami’ Al-Bayan Al-Ilm wa Fadhuluhu karangan Ibnu Andul Barr
  5. Tadzkirah As- Sami’ wa Al-Mutakallim fi Adab Al-Alim wa Al-Muta’allim karangan Ibnu Jamaah.
  6. Al-Adab Asy-Syar’iyyah karangan Ibnu Muflih Al-Hambali
  7. Adab Al-Akl karangan Ibnu ‘Imad Al-Aqfahasi Asy-Syafii
  8. Min Adab Al-Islam karangan Abdul Fattah Abu Ghuddah
  9. Al-Adab karangan Fuad Asy-Syalhubi


Referensi:
Abdul Aziz bin Fathi As-Sayyid Nada. Mausuah Al-Adab Al-Islamiyah Al-Murattabah ‘ala Al-Huruf Al-Hija’iyyah. Terjemahan: Muhammad Isnaini, dkk. 2008. Ensiklopedia Etika Islam. Cetakan ke-3. Jakarta: Maghfirah Jakarta

***
Disusun oleh Sukrisno Santoso
Sukoharjo, 21 Desember 2015


14 Desember 2015

Dosa Syirik atau Menyekutukan Allah

Dosa-dosa Besar #1 Syirik
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menulis sebuah kitab berjudul Al-Kabair yang menerangkan sebanyak 76 dosa besar. Dosa terbesar yang beliau sebutkan pertama kali ialah syirik (menyekutukan Allah).

Syirik ada dua. Pertama, menjadikan sesuatu sebagai tandingan bagi Allah dan atau beribadah kepada selain-Nya, baik berupa batu, pohon, matahari, bulan, nabi, guru, bintang, raja, ataupun yang lain. Inilah syirik besar yang tentangnya Allah berfirman,
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48 & 116)
“Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka.” (QS. Al-Maidah: 72)
Barangsiapa mempersekutukan Allah lalu meninggal dalam keadaan seperti itu, sungguh ia termasuk penghuni neraka. Seperti halnya seseorang yang beriman kepada Allah lalu meninggal dalam keadaan seperti itu maka ia termasuk penghuni surga, walaupun mungkin diazab di neraka terlebih dahulu.

Rasulullah bersabda, “Maukah aku beritahukan apa kabair (dosa besar) yang paling besar?” Beliau mengulang tiga kali. Para sahabat menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Lalu Rasululah bersabda, “Yaitu mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Saat itu beliau bersandar lalu duduk dan melanjutkan, “Juga kesaksian palsu, kesaksian palsu.” Begitu Rasulullah mengulang-ulang sampai-sampai kami mengatakan, “Andai beliau menghentikannya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Rasulullah bersabda, “Jauhilah tujuh perkara yang merusak!” Lalu beliau menyebutkan, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali karena alasan yang dibenarkan, memakan harta anak yatim, memakan riba, meninggalkan medan perang, dan menuduh wanita mukminah baik-baik telah berzina.” (HR. Bukhari & Muslim)

Jenis syirik yang kedua yaitu menyertai amal dengan riya’.
Allah berfirman, 

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Maksud dari “janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya", yaitu hendaknya tidak menyertakan riya’ bersama amalnya.

Rasulullah bersabda, “Jauhilah syirik kecil!” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Beliau menjawab, “Yaitu riya’. Pada Hari Pembalasan untuk segala yang dikerjakan oleh manusia, Allah berkata, ‘Pergilah kepada orang-orang yang kalian ingin mereka melihat amal-amal kalian. Lalu, lihatlah! Adakah pahala yang disediakannya?” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihain)

Dalam hadits qudsi, Allah berfirman, “Barangsiapa mengerjakan suatu amal, dalam hal itu ia mempersekutukan seorang denganku, maka amal yang dikerjakannya itu untuk sekutu yang ia angkat. Dan aku berlepas diri darinya.” (HR. Muslim)

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa berlaku riya’, Allah akan memperlihatkan keburukannya. Dan barangsiapa berlaku sum’ah, Allah akan memperdengarkan aibnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Rasulullah bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan dahaga, dan betapa banyak orang yang bangun shalat malam tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain berjaga.” (HR. Ahmad & Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’)

Maksudnya, jika puasa dan shalat dikerjakan bukan untuk Allah maka tidak ada pahalanya.
Allah berfirman, 

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (HR. Al-Furqon: 23)
Maksudnya, amal-amal yang dikerjakan untuk selain mengharapkan wajah Allah, Allah membatalkan pahalanya serta menjadikannya bagai debu yang berterbangan, yaitu debu yang dapat dilihat dari sebuah celah di mana cahaya matahari masuk melaluinya.

Para ahli hikmah ditanya tentang orang yang ikhlas, mereka menjawab, “Yaitu yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya seperti halnya menyimpan keburukan-keburukannya.”

Ada pula yang ditanya tentang puncak ikhlas, menjawab, “Hendaknya kamu tidak menyukai pujian dari manusia.” Fudhail bin Iyadh berkata, “Meninggalkan amal karena manusia itu riya’, sedangkan mengerjakannya karena mereka itu syirik. Ikhlas adalah apabila Allah menjagamu dari keduanya.”

Ya Allah, jagalah kami dari kedua jenis syirik itu dan ampunilah kami.


Referensi:
Adz-Dzahabi. Al-Kabair. Terjemahan: Imtihan Asy-Syafi’i. 2013. Dosa-dosa Besar. Solo: Pustaka Arafah


---------------------------------------------------------

PEMESANAN BUKU
Dosa-Dosa Besar karya Imam Adz-Dzahabi, diterbitkan oleh penerbit Pustaka Arafah

Judul buku : Dosa-Dosa Besar
Penulis : Imam Adz-Dzahabi
Penerbit : Pustaka Arafah
Halaman : 418 halaman
Harga : Rp 55.000,- 45.000,-

 
--------------------------------------------------------------------
Cara pembelian
SMS dengan format :
(buku) DOSA-DOSA BESAR (nama) (alamat)
Kirim ke : 0856 4231 8421


Contoh:
(buku)
DOSA-DOSA BESAR (Santoso) (Kec. Grogol, Kab. Sukoharjo)

Selanjutnya kami akan segera membalas dan memproses pesanan anda.
Informasi pembelian buku:
Telp/SMS: 0856 4231 8421
Pin BBM: 5782EAE1


Prosedur pembelian
1. Kirim SMS pesanan ke nomor 0856 4231 8421.
2. Kami akan konfirmasi harga dan biaya kirim.
3. Membayar sejumlah harga pesanan dan biaya kirim ke rekening:
 
  • Bank Muamalat a.n. Sukrisno Santoso. Nomor rekening: 5300001052 
  • Bank Syariah Mandiri (BSM) a.n. Sukrisno Santoso, Nomor rekening: 7076497065 
4. Kami akan mengirimkan pesanan setelah transfer pembayaran sudah masuk.
5. Kami akan mengirimkan SMS yang berisi nomor resi pengiriman sebagai bukti bahwa barang pesanan benar-benar sudah dikirim.


7 Desember 2015

Adab Sebelum Tidur


Allah berfirman,
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring.”
(QS. Ali-Imran: 190-191)

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa duduk di suatu majelis tanpa berdzikir kepada Allah, niscaya menjadi kekurangan atasnya di sisi Allah. Dan barangsiapa berbaring di tempat tidur tanpa berdzikir kepada Allah, niscaya menjadi kekurangan atasnya di sisi Allah.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, & Ahmad)

Seorang muslim hendaknya memperhatikan aktivitas sebelum tidurnya agar tidurnya berpahala dan mendatangkan kebaikan serta menjauhkan dari segala keburukan. Berikut ini beberapa adab sebelum tidur.

1. Tidak mengakhirkan tidur setelah Isya

Hendaknya setiap muslim segera tidur setelah Isya, kecuali untuk beberapa keperluan, seperti mempelajari ilmu, bercakap-cakap dengan tamu, dan keperluan yang mendatangkan kebaikan lainnya.

Diriwayatkan dari Aisyah, “Bahwasanya Rasulullah tidur pada awal malam dan bangun pada penghujung malam, lalu beliau melakukan shalat.” (HR. Bukhari & Muslim)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari)

2. Menutup pintu, jendela, dan memadamkan api/lampu

Rasulullah bersabda, “Padamkanlah lampu di malam hari apabila kamu akan tidur, tutuplah pintu, tutuplah rapat-rapat bejana-bejana dan tutuplah makanan dan minuman.” (HR. Bukhari & Muslim)

3. Berwudhu sebelum tidur dan berbaring miring ke sebelah kanan
Rasulullah bersabda, “Apabila kamu akan tidur maka berwudhulah sebagaimana wudhu untuk shalat kemudian berbaringlah dengan miring ke sebelah kanan.” (HR. Bukhari & Muslim)

4. Mengibaskan sprei (alas tidur) tiga kali sebelum berbaring
Rasulullah bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian akan tidur pada tempat tidurnya maka hendaklah mengibaskan kain tempat tidurnya itu terlebih dahulu karena ia tidak tahu apa yang di atasnya.” (HR. Bukhari & Muslim)
Dalam satu riwayat dikatakan, “(dilakukan) tiga kali.”

5. Muhasabah (introspeksi diri) sebelum tidur

Dianjurkan bagi setipa muslim untuk melakukan muhasabah sesaat sebelum tidur, mengevaluasi segala perbuatan yang telah ia lakukan di siang hari. Jika ia dapatkan perbuatannya baik maka hendaknya memuji Allah, dan jika sebaliknya maka hendaknya segera memohon ampunan-Nya dan bertaubat kepada-Nya.

6. Membaca doa dan dzikir sebelum tidur
Ada beberapa doa dzikir yang bisa dibaca sebelum tidur. Ulama telah mengumpulkannya dalam kitab-kitab mereka. Salah satu doa sebelum tidur yaitu, “Bismikallahumma amutu wa ahya” ‘Dengan menyebut namamu, ya Allah, aku mati dan aku hidup’. Juga membaca ayat Kursi, dua ayat terakhir Surat Al-Baqarah, Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas, serta masih banyak doa dan dzikir yang lainnya.


Referensi:
An-Nawawi. Al-Adzkar. Terjemahan: Muhammad Isa Anshory. 2010. Adzkar Nawawi: Ensiklopedia Dzikir dan Doa yang Bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits. Solo: Pustaka Arafah

Murad, Musthafa. Minhaj Al-Mu’min. Terjemahan: Irwan Raihan, dkk. 2011. Minhajul Mukmin: Pedoman Hidup bagi Orang Mukmin. Solo: Pustaka Arafah

Lajnah Ilmiah Darul Wathan. Adab Al-Muslim fi Al-Yaum waAl- Lailah. Terjemahan: Musthofa Aini. 2015. Minhajul Mukmin: Pedoman Hidup bagi Orang Mukmin. Solo: Pustaka Arafah

6 Desember 2015

Al-Kabair: Dosa-dosa Besar

Al-Kabair: Dosa-dosa Besar
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menulis sebuah kitab berjudul Al-Kabair yang menerangkan sebanyak tujuh puluh dosa besar. Pengertian kabair (dosa-dosa besar) adalah semua larangan Allah dan Rasulullah yang tercantum di dalam Al-Quran dan As-Sunn­ah, serta atsar dari para salafus shalih.

Allah menjamin bagi siapa saja yang menjauhi dosa-dosa besar dan perkara-perkara yang diharamkan akan diampuni semua dosa-dosa kecil yang dilakukannya. Allah berfirman, 

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (Surga).” (QS. An-Nisa’: 31)
Berdasarkan nash di atas, Allah menjamin Surga bagi yang menjauhi dosa-dosa besar.
Allah juga berfirman,

“Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (QS. Asy-Syura’: 37)

“(Yaitu ) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabb-mu maha luas ampunan-Nya.” (QS. An-Najm: 32)

Rasulullah bersabda, “Shalat lima waktu, shalat Jumat, dan puasa Ramadhan menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di sela-selanya jika dosa-dosa besar telah dijauhi.” (HR. Muslim)

Dari sini lazim bagi kita untuk meneliti apa saja yang termasuk kabair (dosa-dosa besar) supaya kita dan semua orang Islam bisa menjauhinya. Para ulama berbeda pendapat di dalam menentukannya. Ada yang mengatakan kabair itu ada tujuh, berdasarkan sabda Nabi, “Jauhilah tujuh perkara yang merusak!” Lalu beliau menyebutkan, “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali karena alasan yang dibenarkan, memakan harta anak yatim, memakan riba, meninggalkan medan perang, dan menuduh wanita mukminah baik-baik telah berzina.” (HR. Bukhari & Muslim)

Ibnu ‘Abbas berkata, “Kabair itu jumlahnya lebih dekat kepada tujuh puluh daripada kepada tujuh.”

Demi Allah, ucapan Ibnu ‘Abbas di atas benar adanya. Hadits sebelumnya tidaklah membatasi jumlah kabair. Pendapat yang benar dan dilandasi dengan dalil menyebutkan bahwa siapapun yang melakukan perbuatan dosa yang memiliki had di dunia, seperti membunuh, berzina, mencuri, atau yang pelakunya mendapat ancaman, kemurkaan, serta laknat dari Nabi Muhammad di akhirat, maka perbuatan itu termasuk dosa besar. Harus diterima pula bahwa dosa besar yang satu bisa lebih besar daripada dosa besar yang lain. Adalah Rasulullah menghitung syirik sebagai salah satu dosa besar, padahal pelakunya kekal di neraka dan tidak akan diampuni selama-lamanya.

Allah berfirman, 

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa: 48 & 116)

Tujuh Puluh Dosa Besar

1. Syirik (mempersekutukan Allah)
2. Membunuh
3. Sihir
4. Meninggalkan Shalat
5. Tidak membayar Zakat
 

6. Berbuka di siang hari pada bulan Ramadhan tanpa udzur
7. Meninggalkan haji padahal mampu
8. Mendurhakai orang tua
9. Memutuskan hubungan kerabat
10. Zina
 

11. Liwath (homoseks)
12. Riba
13. Memakan harta anak yatim dan menzhaliminya.
14. Berbuat dusta terhadap Allah dan Rasulullah
15. Melarikan diri dari medan perang
 

16. Pemimpin penipu dan penganiaya rakyat
17. Sombong dan yang sejenisnya
18. Kesaksian palsu
19. Minum-minuman keras
20. Berjudi
 

21. Menuduh wanita mukminah berbuat zina
22. Ghulul terhadap harta ghanimah, baitul mal, dan zakat
23. Mencuri
24. Menyamun
25. Sumpah palsu
 

26. Berbuat aniaya
27. Memungut cukai
28. Memakan barang haram
29. Bunuh diri
30. Banyak berdusta
 

31. Hakim yang jahat
32. Menerima suap
33. Perempuan menyerupai lelaki dan sebaliknya
34. Lelaki yang membiarkan istrinya berbuat serong (dayyuts)
35. Muhallil dan muhallil lahu
 

36. Tidak menjaga diri dengan saksama terhadap air seni
37. Riya’
38. Menuntut ilmu untuk dunia dan menyembunyikan ilmu
39. Khianat
40. Mengungkit-ungkit pemberian
 

41. Mendustakan takdir
42. Menguping rahasia orang lain
43. Namimah (mengadu domba)
44. Banyak melaknat
45. Menipu dan mengingkari janji
 

46. Membenarkan dukun dan tukang ramal
47. Durhaka terhadap suami
48. Menggambar dan melukis
49. Memukul wajah, menjerit-jerit, merobek baju, menggunduli kepala, dan bersumpah serapah di kala mengalami musibah
 

50. Bertindak melampaui batas
51. Bertindak semena-mena terhadap orang yang lemah, budak, istri, dan binatang
52. Menyakiti tetangga
53. Menyakiti orang-orang Islam dan mencela mereka
54. Menyakiti hamba Allah dan bertindak lalim terhadap mereka
 

55. Isbal (menjulurkan kain di bawah mata kaki dengan sombong)
56. Memakai kain sutera dan emas bagi kaum lelaki
57. Budak yang melarikan diri dari tuannya
58. Menyembelih karena selain Allah
59. Menasabkan diri kepada selain bapaknya sendiri
60. Berdebat dan bersengketa
 

61. Menahan kelebihan air dari orang yang memerlukan
62. Mengurangi timbangan dan ukuran
63. Merasa aman dari makar Allah
64. Berputus asa dari rahmat Allah
65. Meninggalkan shalat jamaah lalu mengerjakannya sendirian tanpa udzur

66. Terus-menerus menginggalkan shalat Jumat dan shalat jamaah tanpa halangan
67. Mendatangkan kerugian dalam wasiat
68. Makar dan tipu daya
69. Memata-matai orang Islam dan membeberkan rahasia mereka
70. Mencela salah seorang sahahat Nabi


Referensi:
Adz-Dzahabi. Al-Kabair. Terjemahan: Imtihan Asy-Syafi’i. 2013. Dosa-dosa Besar. Solo: Pustaka Arafah


---------------------------------------------------------

PEMESANAN BUKU
Dosa-Dosa Besar karya Imam Adz-Dzahabi, diterbitkan oleh penerbit Pustaka Arafah

Judul buku : Dosa-Dosa Besar
Penulis : Imam Adz-Dzahabi
Penerbit : Pustaka Arafah
Halaman : 418 halaman
Harga : Rp 55.000,- 45.000,-

 
--------------------------------------------------------------------
Cara pembelian
SMS dengan format :
(buku) DOSA-DOSA BESAR (nama) (alamat)
Kirim ke : 0856 4231 8421


Contoh:
(buku)
DOSA-DOSA BESAR (Santoso) (Kec. Grogol, Kab. Sukoharjo)

Selanjutnya kami akan segera membalas dan memproses pesanan anda.
Informasi pembelian buku:
Telp/SMS: 0856 4231 8421
Pin BBM: 5782EAE1


Prosedur pembelian
1. Kirim SMS pesanan ke nomor 0856 4231 8421.
2. Kami akan konfirmasi harga dan biaya kirim.
3. Membayar sejumlah harga pesanan dan biaya kirim ke rekening:
 
  • Bank Muamalat a.n. Sukrisno Santoso. Nomor rekening: 5300001052 
  • Bank Syariah Mandiri (BSM) a.n. Sukrisno Santoso, Nomor rekening: 7076497065 
4. Kami akan mengirimkan pesanan setelah transfer pembayaran sudah masuk.
5. Kami akan mengirimkan SMS yang berisi nomor resi pengiriman sebagai bukti bahwa barang pesanan benar-benar sudah dikirim.



PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More