MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

31 Juli 2016

Pembagian Hati: Hati yang Sehat, Mati, dan Sakit


Hati ibarat raja yang mengatur bala tentara. Hati ibarat raja bagi jasad, sementara jasad ibarat tentara yang siap melaksanakan perintah dan menerima petunjuknya. Setiap amal perbuatan bersumber dari hati. Hati memimpin perbuatan jasad. Dan hati bertanggung jawab terhadap kinerja jasad. Karena, setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.

Jika hati baik maka amal perbuatan menjadi baik. Sebaliknya, jika hati buruk maka amal perbuatan menjadi buruk.

  • Rasulullah bersabda, “Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik maka baik pula seluruh jasadnya, dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu ialah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menurut sifatnya, hati dibagi menjadi tiga jenis, yaitu (1) hati yang sehat, (2) hati yang mati, dan (3) hati yang sakit.

1. Hati yang Sehat
Hati yang sehat yaitu hati yang bersih yang menyelematkan seseorang pada hari Kiamat saat menghadap Allah. 

  • Allah berfiman, “(Yaitu) pada hari harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang sehat.” (QS. Asy-Syu’ara: 88-89)
Qolbun salim (hati yang sehat) yaitu hati yang bersih dan selamat dari berbagai syahwat yang menyalahi perintah dan larangan Allah, serta dari syubhat (kesamaran) yang bertentangan dengan firman-Nya. Ia selamat dari penghambaan kepada selain Allah dan dari ketetapan selain Rasul-Nya. Amal perbuatannya ikhlas karena Allah. Ia mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.

2. Hati yang Mati
Hati yang mati ialah hati yang di dalamnya tiada kehidupan. Ia tidak mengetahui Rabb-nya sehingga tidak menyembahnya sesuai perintah, serta tidak mencintai apa yang dicintai dan diridlai-Nya. Hati yang mati berjalan bersama syahwat dan kesenangan-kesenangannya meskipun mengandung amarah dan murka dari Rabb-Nya.

Ia mencintai dan membenci karena hawa nafsunya. Ia memberi dan menolak karena hawa nafsunya. Hawa nafsu adalah pemimpinnya, syahwat adalah komandannya, kebodohan adalah sopirnya, kelalaian adalah kendaraannya. Tujuan duniawi membuatnya tenggelam, nafsu dan cinta dunia menjadikannya mabuk kepayang.

3. Hati yang Sakit
Hati yang sakit ialah hati yang hidup tetapi terjangkit penyakit. Terkadang hatinya condong pada kebaikan, namun terkadang cenderung pada kemaksiatan. Di dalam hati tersebut ada cinta kepada Allah, iman kepada-Nya, ikhlas untuk-Nya, tawakal kepada-Nya dan itulah yang menyebabkan hatinya hidup. Namun, di dalamnya ada pula cinta dan kesenangan pada syahwat serta memiliki hasrat kuat untuk meraihnya.

Di dalam hati yang sakit terdapat dua penyeru yang saling bertentangan. Penyeru pertama mengajaknya kepada Allah, Rasul-Nya dan kehidupan akhirat. Penyeru kedua mengajaknya kepada kehidupan dunia. Ada kalanya ia mengikuti seruan yang pertama, ada kalanya ia mengikuti seruan yang kedua.


Referensi:
Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim. Ighatsatul Lahfan fi Mashayidisy Syaithan. Ringkasan oleh Ali Hasan Abdul Hamid. (Terjemah oleh Ainul Haris Umar Arifin Thayib). 2010. Manajemen Qalbu: Melumpuhkan Senjata Setan. Bekasi: Darul Falah


Farid, Ahmad. Al-Bahru Ar-Raqa’iq fiz Zuhdi war Raqa’iq. (Terjemah: Muhammad Suhadi). 2014. Tazkiyatun Nafs: Penyucian Jiwa dalam Islam. Jakarta: Ummul Qura



.................................
Disusun oleh:
Sukrisno Santoso
Sukoharjo, 31 Juli 2016


0 komentar:

Posting Komentar

PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...