MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

17 April 2017

Ikhlas Beramal


Ikhlas adalah sucinya niat, bersihnya hati dari syirik dan riya’ serta hanya menginginkan rida Allah semata dalam segala keyakinan, perkataan, dan perbuatan.
Allah berfirman, “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)
Fudhail bin Iyadh berkata, “Maksudnya adalah yang paling ikhlas dan benar amalnya.”
Fudhail menjelaskan, “Amal yang ikhlas adalah amalan yang dikerjakan hanya untuk Allah semata, sedangkan amalan yang benar adalah amal yang sesuai dengan sunnah.”
Allah berfirman, “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Ayat ini diturunkan pada Jundub bin Zuhair Al-‘Amiri, ia berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mengerjakan amal untuk Allah dan aku menginginkannya untuk Allah, hanya saja jika amal itu dilihat maka membuatku senang.” Rasulullah lalu bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik, juga tidak menerima amal yang disekutukan.”

Dari ayat di atas, Ibnu Katsir mengungkapkan syarat diterimanya amal yaitu benar-benar tulus karena Allah (ikhlas) dan harus sesuai dengan syariat yang dicontohkan oleh Rasulullah.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan itu dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang bergantung dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas menerangkan bahwa amalan dinilai benar atau rusak, diterima atau ditolak, mendapatkan pahala atau tidak, tergantung pada niatnya. Seseorang akan mendapatkan sesuai balasan sesuai dengan niatnya. Jika ia berniat kebaikan, ia akan memperoleh kebaikan (pahala). Jika ia berniat keburukan, ia akan memperoleh keburukan (dosa).
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mencatat semua kebaikan dan keburukan, kemudian Allah menjelaskan hal tersebut. Oleh karena itu, barangsiapa yang berniat melaksanakan kebaikan lalu ia tidak mengerjakannya maka Allah yang Mahasuci dan Mahatinggi mencatat di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan jika ia bermaksud melakukannya lalu mengerjakannya maka Allah mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, dan dilipatkannya lagi. Adapun, jika ia berniat melakukan keburukan, lalu tidak jadi melakukannya, maka Allah mencatat di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Sedangkan apabila ia berniat melakukan keburukan kemudian mengerjakannya, maka Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Abdullah bin Mubarak berkata, “Amal perbuatan kecil terkadang menjadi besar disebabkan niat, dan amal perbuatan yang besar terkadang menjadi kecil disebabkan niat.”

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata, “Orang yang ikhlas adalah siapa saja yang menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan segala keburukannya.”

As-Suusiy berkata, “Ikhlas adalah tidak merasa telah berbuat ikhlas. Barangsiapa masih menyaksikan keikhlasan dalam ikhlasnya, maka keikhlasannya masih membutuhkan keihklasan lagi.”





Keutamaan Tauhid


Allah berfirman, “Dan tidaklah kuciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Keutamaan tauhid sangat besar. Orang yang bertauhid adalah orang yang mendapatkan petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia ini hingga ia mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak.
Allah berfirman, “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(QS. Al-An’am: 82)
Ibnu Katsir menjelaskan ayat di atas, “Mereka itu adalah orang-orang yang mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah semata –yang tidak ada sekutu bagi-Nya—dan mereka juga tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Mereka itulah orang-orang yang pada hari Kiamat kelak akan mendapat keamanan dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.”

Orang yang Bertauhid Akan Dimasukkan ke dalam Surga

Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, (bersaksi bahwa) Nabi Isa adalah hamba, utusan dan kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari-Nya, (bersaksi bahwa) surga adalah benar adanya dan neraka pun benar adanya, maka Allah pasti memasukkannya ke dala surga betapapun amal yang telah dilakukannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang Bertauhid Akan Dijauhkan dari Api Neraka

Rasulullah bersanda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan ‘La ilaha illallah’ (Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah) dengan mengharap (pahala melihat) wajah Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang Bertauhid Akan Diampuni Dosa-Dosanya

Rasulullah bersanda, “Allah ta’ala berfirman, ‘Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa sepenuh jagad, lantas engkau menemuiku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun, maka Aku akan memberimu ampunan sepenuh jagad pula.’” (HR. Tirmizi)

Kalimat Tauhid Berat dalam Timbangan Amal

Rasulullah bersanda, “Nabi Musa berkata, ‘Ya Rabbi, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berzikir dan berdoa kepada-Mu.’
Allah berfirman, ‘Wahai Musa, katakanlah La ilaha illallah.’
Musa berkata, ‘Wahai Rabbi, semua hamba-Mu mengatakan kalimat itu.’
Allah berfirman, ‘Wahai Musa, kalau sekiranya ketujuh langit dan penghuninya selain aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada satu daun timbangan, sedangkan kalimat La ilaha illallah diletakkan pada daun timbangan yang lain, maka timbangan La ilaha illallah niscaya lebih berat.’” (HR. An-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Hakim)



PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More