MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

15 November 2015

Cara Menghadapi Kritikan dan Hinaan


Kritik dan hinaan adalah keniscayaan yang akan diterima oleh setiap orang yang hidup dalam lingkungan sosial. Orang-orang miskin dan lemah dihina atas kemelaratan dan kepayahannya. Orang kaya dikritik atas pengumpulan dan penggunaan hartanya. Para pejabat dihina dan dikritik atas kebijakannya. Seorang raja juga sering menjadi sasaran hinaan dan kritikan. Bahkan, manusia termulia di muka bumi, Nabi Muhammad, tak lepas dari hinaan. Beliau sebagai manusia maksum, takberdosa, mendapat hinaan dan fitnahan sebagai seorang penyihir dan orang yang gila.

Dengan memahami bahwa panah hinaan dan tombak kritikan selalu mengarah siap menembus kehormatan kita, seyogyanya kita bisa menghadapinya dengan sabar, penuh perhitungan, dengan ketenangan berpikir dan kelapangan jiwa.

Hinaan yang diarahkan kepada kita, anggaplah ia sebagai batu pengasah kesabaran dan keikhlasan kita. Kritikan yang diumpankan kepada kita, ambillah apa yang sekiranya bisa kita ambil sebagai pelajaran. Namun, tak jarang pula kritikan itu hanyalah wujud rasa iri dan dengki dari orang-orang yang hatinya terdapat penyakit.

Allah mengajarkan kepada kita, “Dan, janganlah kamu hiraukan gangguan-gangguan mereka dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung.” (QS. Al-Ahzab: 48)

Janganlah hinaan dan kritikan yang berdasarkan dengki menghancurkan kita. Janganlah mendengarkan dan menghiraukan segala celaan, gangguan, dan hinaan mereka itu. Karena melayani semua itu hanya akan menguras waktu kita, sedangkan banyak hal bermanfaat yang menunggu untuk kita kerjakan. Serahkanlah urusan orang-orang yang mencela dan menghina kepada Allah. Allah-lah yang akan memberi pembalasan.

“Sesungguhnya Anda akan mendapatkan pahala,” kata Aidh Al-Qarni dalam kitab La Tahzan, “dikarenakan kesabaran Anda menghadapi kritikan dan cercaan itu. Dan kritikan mereka itu pada dasarnya pertanda bahwa Anda memiliki harga dan derajat. Sebab, manusia tak akan pernah menendang bangkai anjing dan orang-orang yang tak berharga pastilah tak akan pernah terkena sasaran pendengki. Artinya, manakala kritikan yang Anda terima semakin pedas maka semakin tinggi pula harga Anda.”

“Jangan bersedih karena banyaknya komentar orang-orang terhadap diri Anda,” nasehat Mahmud Al-Mishri dalam La Tahzan Wabtasim li Al-Hayah. “Sebagian besar gosip itu,” lanjutnya, “tidak ada kebenarannya, bahkan semua hal itu bertentangan dengan kemampuan Anda dan kedudukan Anda di mata mereka. Jika Anda tidak memiliki kedudukan dan nama baik, mereka tidak akan sibuk membicarakan Anda selama-lamanya. Anda mengetahui bahwa orang-orang tidak melempar pohon kurma dengan batu kecuali karena ada kurma yang berbuah. Maka, tidurlah dengan nyenyak dan pikiran tenang.”

Orang-orang hanya melempari pohon mangga yang berbuah. Pohon itu dilempari karena memiliki harga dan derajat, yaitu buah mangga. Pohon mangga yang tak berbuah tentu tak akan menjadi sasaran lemparan. Dan belajar pula dari pohon mangga yang berbuah itu, saat orang-orang melemparinya, justru pohon itu membalasnya dengan memberi buah mangga yang ranum dan manis rasanya. Begitulah, balaslah orang-orang yang memusuhi kita dengan kebaikan. Lalu berdoalah agar Allah membuka pintu hati mereka.

Dengarkan syair yang dikutip Aidh Al-Qarni berikut ini:
Aku berjumpa dengan orang bodoh yang mencelaku
Kutinggalkan ia seraya berkata, “Aku tidak peduli”
Syair yang lain mengungkapkan:
Jika orang bodoh bicara, jangan kau timpali
Sebab sebaik-baik jawaban baginya adalah diam seribu bahasa
Seorang sastrawan Barat mengatakan, “Lakukan apa yang kau pandang benar, dan palingkan punggungmu dari semua kritikan yang tak berharga.”

Lupakan segala cercaan, hinaan, dan kritikan yang tak berharga itu. Lakukan pekerjaan dan ibadah yang memberi manfaat. Ingatlah, waktu kita sedikit sedangkan bekal yang harus kita persiapkan amat banyak. Pergunakan waktu sebaik mungkin untuk menyiapkan bekal, bukan untuk membalas cercaan dan hinaan.

Nasehat Aidh Al-Qarni berikut ini patut kita renungi.
“Jangan pernah membalas cercaan atau olok-olok yang melukai hati Anda. Karena, kesabaranmu dalam menghadapi semua itulah yang akan dengan sendirinya menguburkan semua kehinaan. Kesabaran adalah sumber kemuliaan, diam adalah sumber kekuatan untuk mengalahkan musuh, dan memaafkan adalah sumber dan tangga untuk mencapai pahala dan kemuliaan.

“Ingat, separoh dari orang-orang yang pernah mencerca atau mengkritik Anda itu akan melupakan cercaan mereka, sepertiganya tidak sadar dengan apa yang mereka lontarkan, dan selebihnya tidak akan mengerti apa dan mengapa mereka mencerca Anda. Maka dari itu, jangan pernah cercaan mereka kau masukkan hati dan jangan pula berusaha untuk membalas apa yang mereka katakan itu.”

***

Referensi:
Aidh Al-Qarni. La Tahzan. (Terjemahan: La Tahzan: Jangan Bersedih! Cetakan ke-60. 2015. Jakarta: Qisthi Press)

Mahmud Al-Mishri. La Tahzan Wabtasim li Al-Hayah. (Terjemahan: La Tahzan for Trouble Solutions. 2009. Solo: Pustaka Arafah)
 

***
Sukrisno Santoso
Sukoharjo, 15 November 2015

PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More