Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz dalam kitabnya Ad-Da’watu ilallah wa Akhlaqud Du’at menyebutkan tiga akhlak dan karakter yang seharusnya dimiliki oleh para du’at. Beliau berkata, “Akhlak dan karakter yang seharusnya dimiliki oleh para du’at, maka telah menjelaskannya di dalam banyak ayat di dalam beberapa tempat di dalam kitab-Nya yang mulia.”
Berikut ini tiga akhlak dan karakter yang seharusnya dimiliki oleh para du’at.
1. Ikhlas
Wajib bagi setiap da’i untuk mengikhlaskan diri kepada Allah, bukan karena keinginan untuk riya’ (pamer supaya dilihat orang) dan sum’ah (pamer supaya didengar orang) dan bukan pula untuk mendapatkan pujian dan sanjungan manusia. Hanya saja ia berdakwah kepada Allah untuk mengharap wajah Allah semata, sebagaimana firman Allah, ”Katakanlah: Inilah jalanku, Aku menyeru hanya kepada Allah.” Dan firman-Nya, ”Siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang mengajak kepada Allah.”
Maka wajib bagi Anda untuk mengikhlaskan diri kepada Allah, dan hal ini merupakan akhlak yang paling penting dan sifat yang paling agung yang seharusnya Anda gunakan di dalam dakwah Anda, yang Anda hanya mengharap wajah Allah dan negeri akhirat.
2. Dakwah juga harus dengan ilmu, karena ilmu itu merupakan kewajiban
Maka wajib bagi Anda untuk mengikhlaskan diri kepada Allah, dan hal ini merupakan akhlak yang paling penting dan sifat yang paling agung yang seharusnya Anda gunakan di dalam dakwah Anda, yang Anda hanya mengharap wajah Allah dan negeri akhirat.
2. Dakwah juga harus dengan ilmu, karena ilmu itu merupakan kewajiban
Jauhilah berdakwah dengan kebodohan dan berkata-kata dengan sesuatu yang tidak Anda ketahui. Sesungguhnya kebodohan itu akan menghancurkan, tidak bisa membangun dan merusak, tidak bisa membenahi.
Maka bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah, jauhilah berbicara tentang Allah tanpa ilmu, dan janganlah Anda berdakwah mengajak kepada sesuatu kecuali setelah Anda mengetahui ilmu dan bashirah (hujjah yang nyata) dari apa yang difirmankan Allah dan disabdakan Rasul-Nya.
Dakwah haruslah dengan bashirah, yaitu ilmu. Maka wajib bagi penuntut ilmu dan da’i untuk menggunakan bashirah ketika berdakwah dan mencermati apa yang ia dakwahkan dengan dalil-dalilnya. Apabila telah jelas baginya kebenaran dan ia mengetahui kebenaran maka hendaklah ia berdakwah menyeru kepadanya, baik itu berupa perbuatan untuk mengamalkan atau meninggalkan, yaitu berdakwah kepada pengamalan apabila merupakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berdakwah kepada meninggalkan apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya di atas petunjuk dan bashirah.
3. Berlemah lembut dan ramah di dalam dakwah Anda dan bersabar
Maka bertakwalah kepada Allah wahai hamba Allah, jauhilah berbicara tentang Allah tanpa ilmu, dan janganlah Anda berdakwah mengajak kepada sesuatu kecuali setelah Anda mengetahui ilmu dan bashirah (hujjah yang nyata) dari apa yang difirmankan Allah dan disabdakan Rasul-Nya.
Dakwah haruslah dengan bashirah, yaitu ilmu. Maka wajib bagi penuntut ilmu dan da’i untuk menggunakan bashirah ketika berdakwah dan mencermati apa yang ia dakwahkan dengan dalil-dalilnya. Apabila telah jelas baginya kebenaran dan ia mengetahui kebenaran maka hendaklah ia berdakwah menyeru kepadanya, baik itu berupa perbuatan untuk mengamalkan atau meninggalkan, yaitu berdakwah kepada pengamalan apabila merupakan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan berdakwah kepada meninggalkan apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya di atas petunjuk dan bashirah.
3. Berlemah lembut dan ramah di dalam dakwah Anda dan bersabar
Jauhilah sikap terburu-buru, bengis dan keras. Wajib bagi Anda bersikap sabar, lemah lembut dan ramah di dalam dakwah Anda.
*Sukoharjo, 3 Oktober 2012
0 komentar:
Posting Komentar