Setiap orang merasakan cinta. Setiap orang mempunyai cara yang berbeda-beda dalam mengungkapkannya. Setiap orang berbeda pula dalam menyikapinya. Cinta adalah sebuah anugerah Tuhan yang tak pantas untuk kita nodai. Cinta adalah hal terindah yang bersemayam dalam hati.
Dengan cinta, orang tua membesarkan dan mendidik anaknya. Dengan cinta, antarsaudara saling menasehati dan menolong. Dengan cinta, persahabatan terjalin lebih erat. Dengan cinta, yang kuat mendukung yang lemah. Dengan cinta, yang kaya mengulurkan tangan kepada yang miskin. Dengan cinta, alam dimakmurkan dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab. Dengan cinta pula, lahirlah generasi-generasi Qurani. Dan dengan cinta, para pejuang Islam gugur dengan senyuman.
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda-beda dalam mendefinisikan sifat cinta dan menyikapi perasaan cinta. Marilah kita simak penyampaian seorang kawan, Nanda Lia Tsabita, yang mengungkapkan perasaannya tentang cinta berikut ini.
***
Hati itu ibarat amplop. Ada kertas yang indah dan cantik, namun tak mampu dimasukkan dalam amplop karena tak sesuai ukuran. Tapi ada kertas yang justru biasa-biasa saja, namun berhasil masuk dalam amplop: amplop menerimanya.
Kertas itu yang mungkin kita kenal dengan nama cinta. Ya, cinta tak pandang apapun jua. Ia tak pandang paras wajah, materi, kedudukan, atau jabatan. Ia hadir begitu saja, tanpa kita tau kapan ia berhasil menjalar dalam hati kita.
Cinta membawa kesejukan layaknya hujan setelah kemarau berkepanjangan. Ia pun membawa bencana tatkala hadir dengan derasnya. Cinta yang banjir, cinta yang meluber tak pernah baik. Ia akan mengubah asa jadi malapetaka, mengubah suka jadi duka, mengubah kawan jadi lawan, mengubah biru jadi abu-abu. Takkan indah lagi, takkan mewangi lagi.
Cinta milik semua orang: kaya, miskin, tua, muda, rupawan, jelek, pintar bodoh, tinggi, pendek. Semua berhak mencinta: petani, pedagang, sopir, guru, dosen, polisi, tentara, mahasiswa. Semua berhak memilih posisi: yang mencintai, yang dicintai, yang menghianati, yang dihianati, yang menyakiti, yang disakiti, yang melupakan, yang dilupakan, yang meninggalkan, yang ditinggalkan. Semua ada pada posisi masing-masing: sepasang. Mustahil ada yang terhianati tanpa ada yang menghianati, mustahil ada yang mencintai tanpa ada yang dicintai. Semua merupakan keteraturan, keseimbangan.
Mencinta tak selamanya menyenangkan. Ada hal-hal yang memang perlu untuk diperjuangkan. Perjuangan yang bagaimana? Perjuangan yang membahagiakan, mengecewakan, menyedihkan, atau... yang menyakitkan? Sekali lagi, ini pun merupakan pilihan duhai kawan. Kau ingin mencoba merasai perjuangan yang membahagiakan? Rasanya nonsense. But, who knows? Tingkat bahagia atau tidak itu kita sendiri yang mengukur. Mungkin perjuangan itu terlihat menyakitkan, namun apakah salah jika kita berusaha meramunya agar terlihat seperti perjuangan yang membahagiakan?: melapangkan hati, menerima, legowo. Itu ternyata jauh lebih indah. Air mata yang meleleh, perlu diiringi senyum yang lebar. Agar sakitnya tak terasa.
Dalam cinta, tiada yang perlu disalahkan. Bukan yang mencintai atau yang dicintai. Semua benar, tak ada yang salah. Yang ada hanya mau atau tidak mau. Sekali lagi, ini adalah pilihan. Maukah kau mencintai? Atau maukah kau untuk dicintai? Kalau kau siap mencintai, kau pun harus siap untuk dicintai.
Cinta... cinta... cinta.... Ia tak bisa dimaknai, namun ia bisa dirasakan. Ia bisa diinterpretaskan. Ia mampu diimplementasikan.
Tuhan menitipkan rasa cinta pada tiap diri manusia. Untuk apa? Untuk menebarkan kasih sayang di muka bumi ini. Orang yang bilang cinta itu tak ada, hanyalah orang-orang yang tak percaya adanya Dzat yang Mahatinggi. Bukankah Allah menurunkan rahmat pun karena Dia mencintai kita? Lalu kenapa kita menafikkan cinta itu sendiri?
Perindah cintamu setiap waktu, agar Sang Pecinta, terus mengirimkan rahmat cinta-Nya padamu, pada diri kita semua. Maknai cinta secara positif, dan jangan pernah mengambing-hitamkannya. Jangan salahkan cinta, tapi salahkan pelakunya jika kau menemui penyimpangan-penyimpangan. Biarkan cinta bersemi dalam hati kita... murni... tak keruh.... Selamat mencinta.
***
Sukoharjo, 17 Desember 2012
0 komentar:
Posting Komentar