Tabiat sebagian besar manusia adalah ingin diperhatikan, ingin dipuji, dan ingin tampil di depan. Maka, banyak orang yang berlomba-lomba memunculkan dirinya agar dikenal orang banyak.
Ada sebagian orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan mulia di hadapan manusia. Bahkan, dengan cara merendahkan orang lain, menuduh, dan mencaci maki orang lain agar dirinya dilihat orang banyak sebagai orang yang lebih baik, lebih mulia. Maka terjadilah perdebatan antara yang dicaci dan yang mencaci.
Jika Anda berada dalam keadaan tertindas, difitnah dan dicaci, maka bersabarlah. Jika Anda membalas caci maki dan fitnah yang ditujukan kepada Anda, maka waktu Anda akan habis untuk hal itu. Padahal, waktu seorang mukmin adalah sesuatu yang sangat berharga. Pergunakanlah waktu yang berharga itu sebaik-baiknya. Janganlah Anda sia-siakan dalam perdebatan yang tidak bermanfaat.
Dikisahkan oleh Ustadz Firanda dalam buku Dari Madinah Hingga ke Radio Rodja tentang nasehat seorang guru kepada muridnya yang sedang ditimpa cobaan berupa fitnah dan caci maki. Ustadz Firanda bertanya kepada gurunya, Syaikh Abdurrazaq Al-Badr, “Ya Syaikh, sebagian orang ada yang menyatakan bahwa aku adalah kadzdzab (pendusta). Apakah aku berhak membela diri dan membantah tuduhan tersebut?”
“Wahai Firanda, jangan engkau bantah dia. Bagaimanapun dia adalah saudaramu seakidah,” jawab Syaikh Abdurrazaq. “Bahkan jika ada orang yang bertanya kepadamu tentang dia, maka tunjukkan bahwa engkau tidak suka untuk membantahnya dan tidak suka membicarakan tentangnya.”
Syaikh Abdurrazaq terdiam sejenak, lalu melanjutkan nasehatnya, “Engkau bersabar, dan jika engkau bersabar, percayalah suatu saat dia akan melunak dan akan menjadi sahabatmu.”
Ustadz Firanda teringat tatkala ada seorang mahasiswa program pascasarjana meminta nasehat kepada Syaikh Abdurrazaq perihal tuduhan kedustaan kepadanya. Mahasiswa tersebut berkata, “Ya Syaikh, sesungguhnya aku telah dikatakan sebagai seorang pendusta, dajjal, dan khabbits oleh seseorang yang bermasalah denganku. Padahal, orang tersebut telah merendahkan Anda dan merendahkan Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, serta menyatakan bahwa Syaikh Ibnu Jibrin adalah imam kesesatan, dan lain-lainnya.
"Aku sudah mengajak orang itu untuk berdialog perihal tuduhan yang dia lontarkan kepadaku dengan syarat pembicaraan antara kami harus direkam. Akan tetapi, orang itu menolak dan berkata bahwa jika aku datang menemuinya untuk mengakui kesalahan, maka dia akan menerimaku di rumahnya. Namun, jika aku mendatanginya untuk mendebatnya maka dia akan mengusir dan akan memboikotku serta tidak akan member salam kepadaku jika bertemu. Bahkan, orang ini mendoakan keburukan kepadaku dengan perkataan, “Semoga Allah memerangimu, aku berlindung kepada Allah dari si pendusta yang sombong, dan dia akan menjadi sampah sejarah.’
“Demikian, ya Syaikh, perkataan buruk yang dia lontakan untukku dan aku mendengarnya sendiri dengan kedua telingaku. Yang jadi masalah juga, dia juga menyebarkan tuduhan tersebut di kalangan para dai di negeriku. Apakah aku berhak untuk membela diriku dan menjelaskan keadaan yang sesungguhnya? Mengingat terlalu banyak ikhwan yang bertanya melalui telepon atau surat perihal masalah ini.”
Serta merta Syaikh Abdurrazaq berkata, “Sekali-kali jangan kaubantah dia. Selamanya jangan kaubantah dia. Apakah kau ingin, engkau yang membela dirimu sendiri ataukah engkau ingin Allah yang membelamu?”
Demikianlah kisah yang disampaikan Ustadz Firanda. Sungguh benarlah nasehat Syaikh Abdurrazaq, “Sekali-kali jangan kaubantah dia. Selamanya jangan kaubantah dia. Apakah kau ingin, engkau yang membela dirimu sendiri ataukah engkau ingin Allah yang membelamu?”
Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang senantiasa menegakkan agama-Nya. Allah pasti membelanya. Kewajiban seorang hamba hanyalah menyampaikan.
“Demikian, ya Syaikh, perkataan buruk yang dia lontakan untukku dan aku mendengarnya sendiri dengan kedua telingaku. Yang jadi masalah juga, dia juga menyebarkan tuduhan tersebut di kalangan para dai di negeriku. Apakah aku berhak untuk membela diriku dan menjelaskan keadaan yang sesungguhnya? Mengingat terlalu banyak ikhwan yang bertanya melalui telepon atau surat perihal masalah ini.”
Serta merta Syaikh Abdurrazaq berkata, “Sekali-kali jangan kaubantah dia. Selamanya jangan kaubantah dia. Apakah kau ingin, engkau yang membela dirimu sendiri ataukah engkau ingin Allah yang membelamu?”
Demikianlah kisah yang disampaikan Ustadz Firanda. Sungguh benarlah nasehat Syaikh Abdurrazaq, “Sekali-kali jangan kaubantah dia. Selamanya jangan kaubantah dia. Apakah kau ingin, engkau yang membela dirimu sendiri ataukah engkau ingin Allah yang membelamu?”
Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang senantiasa menegakkan agama-Nya. Allah pasti membelanya. Kewajiban seorang hamba hanyalah menyampaikan.
*Sukoharjo, 12 September 2012
0 komentar:
Posting Komentar