MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

15 Juni 2013

Sumber Kebahagiaan Manusia


Kebahagiaan. Perkara yang selalu dicari oleh setiap orang. Sebuah cita-cita yang selalu berusaha diraih oleh manusia. Tidak ada seorang pun yang mau hidup sengsara. Namun, hakikat kebahagiaan ini pada pandangan manusia berbeda-beda sehingga berbeda-beda pula cara yang ditempuh untuk mewujudkannya.

Di antara mereka ada yang mencari dengan cara yang justru menjerumuskan dirinya pada kesengsaraan. Misalnya, mencari kebahagiaan dengan melakukan perbuatan yang haram, mencarinya dengan cara meneguk minuman keras dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Ini semua tidak bisa mendatangkan kebahagiaan sedikitpun. Bahkan –demi Allah– sebaliknya, dia telah mengantarkan diri dan keluarganya pada kehancuran.

Ada juga manusia yang mengharapkan kebahagiaan dengan cara melakukan dosa-dosa besar, tindakan keji dan kemungkaran. Padahal, maksiat hanya akan menambahkan kegelapan dan kegelisahan dalam hati, bukan kebahagiaan. Sebagian mencoba menggapai kebahagiaan dengan mengumpulkan harta walaupun dengan cara haram. Dia tidak peduli bagaimana harta ia dapatkan, yang penting baginya adalah harta terkumpul meski dihasilkan melalui praktek riba, jual-beli yang haram, kecurangan, dan praktek transaksi haram lainnya.

Dan begitu seterusnya. Masing-masing menempuh cara-cara berbeda guna mencapai kebahagiaan untuk diri dan keluarganya. Padahal, kebahagiaan itu hanya akan menghampiri hati orang-orang yang mencarinya pada kebenaran yang telah dijelaskan dengan tuntas dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi.

Kebahagiaan itu tidak mungkin dapat diraih dengan menempuh jalan yang tidak diridhai Allah meski terkadang pelakunya dapat merasakan kesenangan dengan cara maksiat. Namun, itu hanya sesaat. Kemudian setelah itu, berganti dengan kepedihan yang berkepanjangan. Sebagimana dilukiskan dalam syair berikut.
Kesenangan akan lenyap dari orang yang mencarinya
Melalui perkara yang haram; hinaan dan celaan
Itulah yang tersisa
Dampak-dampak buruknya akan senantiasa meliputi pelakunya
Apatah arti sebuah kesenangan yang berujung pada neraka


Oleh karena itu, seorang muslim yang telah dimudahkan oleh Allah untuk memperoleh ilmu dan dilapangkan hatinya untuk menerima kebaikan, ia tahu benar bahwa hidayah itu di tangan Allah, dan tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan menaati-Nya. Ada ungkapan singkat yang mestinya kita hafal dan perhatikan dengan baik, kemudian kita ajarkan kepada anak-anak kita. Kita sebarkan di sekolah-sekolah dan para karib kerabat yang kita cintai. Yaitu, ‘Kebahagiaan itu di tangan Allah, dan tidak akan bisa diraih kecuali dengan menaati Allah’. Inilah kalimat singkat yang mewakili sekian banyak ungkapan lainnya.

Kaum muslimin meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu di tangan Allah. Apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi dan yang tidak dikehendaki-Nya pasti tidak akan terjadi. Mereka juga yakin bahwa segala sesuatu berjalan sesuai dengan qadha dan taqdir-Nya. Tidak ada yang mampu melawan kehendak dan takdir-Nya.

Di antara ungkapan yang bagus tentang hal ini adalah bait-bait syair yang indah yang berasal dari Imam Syafi’i:
Apa yang Engkau kehendaki pasti akan terjadi walaupun aku tidak menghendakinya
Dan apa yang aku kehendaki tidak akan terjadi jika Engkau tiada menghendakinya
Engkau ciptakan para hamba dengan ilmu-Mu
Yang tua dan yang muda berjalan di atas pengetahuan-Mu
Yang ini Engkau berikan anugerah dan yang itu Engkau biarkan
Yang ini Engkau tolong dan yang itu tidak ditolong
Di antara mereka ada yang bahagia dan ada pula yang sengsara
Di antaranya ada yang buruk rupa, ada pula yang elok menawan


Artinya, segala sesuatu itu di tangan Allah. Jika meyakini hal tersebut, seorang muslim hanya akan menyandarkan seluruh harapannya kepada Allah. Hanya meminta dna menyerahkan segala urusan kepada-Nya. Akan selalu memohon agar Allah berkenan menjadikannya termasuk hamba-hamba yang berbahagia dan mampu menempuh jalur-jalur untuk dapat meraihnya.

Allah telah mentakdirkan dengan takdir kauni dan syar’i bahwa kebahagiaan tidak akan diperoleh melainkan dengan senantiasa patuh dan taat kepada-Nya dan menjauhkan diri dari perbuatan maksiat. Sementara tiada seorang pun yang mampu menolak ketentuan-Nya.

Banyak dalil dalam Al-Quran dan Sunnah tentang ini. Di antarnya, firman Allah berikut.

Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 123-124) 
Ini merupakan takdir yang telah digariskan oleh Allah bahwa barangsiapa mengikuti petunjuk Allah, ia akan senantiasa berada di atas petunjuk dan dalam kebahagiaan yang abadi di dunia dan akhirat. Sebaliknya, siapa yang berpaling dari peringatan Allah, niscaya akan selalu terhimpit kesusahan, kegundahan, kerisauan, dan kesedihan. Kemudian pada akhirnya penderitaan tersebut diakhiri dengan azab yang pedih dan penyesalan.


Dikutip dari:
Transkip ceramah Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad di Masjid Istiqlal Jakarta pada tanggal 18 Januari 2010. Transkip oleh Majalah As-Sunnah Edisi Khusus Ramadhan - Syawal 1431 H / Agustus - September 2010. 


0 komentar:

Posting Komentar

PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...