MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

19 Juni 2013

Al-Quran, Kitab Petunjuk Menuju Kebahagiaan


Al-Quran merupakan kitab yang menjadi mata air kebahagiaan. Barangsiapa yang mengharapkan kebahagiaan, hendaklah mencarinya dalam Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad. Inilah makna firman Allah, “Dan barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku”. Petunjuk Allah adalah Al-Quran dan Sunnah.

Allah telah menurunkan Al-Quran yang agung dan mulia ini untuk para hamba. Al-Quran benar-benar merupakan sumber kebahagiaan. Barangsiapa mencari kebahagiaan, niscaya akan mendapatkannya dalam Al-Quran.

Tatkala Allah menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad, kaum musyrikin mulai mencela dan memaki beliau, memanggil beliau dengan ungkapan yang buruk, dan mengatakan bahwa Al-Quran adalah kitab yang ditulis dan dibuat oleh tangan manusia biasa, atau kitab yang diturunkan agar Nabi Muhammad dan para pengikutnya menjadi orang-orang yang sengsara. Mereka terus melontarkan berbagai kedustaan dan melancarkan tindak kezaliman, hingga Allah akhirnya menurunkan ayat:
Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (QS. Thaha: 1-2)

Pengertiannya, Kami menurunkannya hanya agar kamu menjadi orang yang berbahagia. Oleh karena itu, pecinta Al-Quran, dialah orang yang berbahagia. Pecinta Al-Quran yang dimaksudkan di sini adalah mereka yang benar-benar mencintainya. Sebagaimana firman Allah:
Orang-orang yang telah Kami berikan Alkitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah: 121)

Makna membaca Al-Quran dengan sebenar-benarnya adalah membacanya dan berusaha menghafalkan Al-Quran sesuai dengan kadar kemampuan, baik menghafal nama-nama surat maupun ayat-ayatnya, berusaha memahami maknanya, dan kemudian mengamalkan kandungannya. Bukan berarti, untuk memperoleh kebahagiaan itu harus dengan menghafal seluruh ayat Al-Quran karena tidak semua orang bisa melakukannya. Yang dimaksudkan di sini ialah hendaknya seorang muslim menjadi orang yang senantiasa berhubungan dengan Al-Quran, berusaha memahami dan mengamalkannya. Semakin besar perhatiannyan terhadap Al-Quran, semakin besar pula kebahagiaan yang akan dia reguk.

Apabila seorang muslim membaca Al-Quran dengan sebenar-benarnya, ia akan mendapati bahwa kebahagiaan yang ditunjukkan oleh Al-Quran hanya akan dapat diraih dengan mengimani Allah, Dzat yang berhak diibadahi, Dzat yang Maha Pencipta, Maha memberi rezeki, Maha mMemberi dan menghalangi, berkuasa merendahkan dan meninggikan derajat seseorang, Mahakuasa untuk menahan dan melapangkan, Maha Memuliakan (hamba yang taat) dan menghinakan (pelaku maksiat), Maha pemberi petunjuk dan Maha menyesatkan, dan mengimani bahwa di tangan Allah-lah tersimpan kendali segala perkara dan urusan. Juga dengan mengimani asmaul husna dan sifat-sifat-Nya yang Mahatinggi, meyakini bahwa hanya Allah Dzat yang berhak diibadahi, tiada yang berhak untuk diibadahi selain-Nya, dengan selalu menyerahkan dan menghinakan diri di hadapan-Nya, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Inilah sumber seluruh kebahagiaan yang utama. Hal ini berdasarkan firman Allah:
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Maksud kehidupan yang baik yaitu kehidupan orang-orang yang berbahagia, yang hanya bisa diraih dengan beriman kepada Allah, mengimani hal-hal yang Allah perintahkan kepada kita untuk mengimaninya, dan dengan beramal shalih.

Memang benar bahwa kebahagiaan itu hanya akan dapat diraih dengan beriman kepada Allah dan berbuat amal shalih yang akan mendekatkan orang kepada Allah. Maka, barangsiapa telah menjadi seorang muslim dengan sifat demikian, dia adalah insan yang berbahagia, baik ia seorang yang kaya atau miskin, penguasa atau rakyat jelata, sehat ataupun sakit. Mereka akan memperoleh kebahagiaan sesuai dengan kadar keimanan dan amal kebaikannya.


Dikutip dari:
Transkip ceramah Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad di Masjid Istiqlal Jakarta pada tanggal 18 Januari 2010. Transkip oleh Majalah As-Sunnah Edisi Khusus Ramadhan - Syawal 1431 H / Agustus - September 2010.

0 komentar:

Posting Komentar

PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...