MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

4 Februari 2013

Alangkah Merdunya Suaramu


Pada zaman ini, fitnah nyanyian banyak menimpa manusia. Setiap saat lisan-lisan mereka mendendangkan nyanyian. Lantunan nyanyian mereka jadikan wirid harian lisan mereka hingga ayat-ayat Al-Quran pun terlalaikan. Mushaf Al-Quran hanya dijadikan pajangan dan kaligrafi ayat suci dijadikan hiasan-hiasan di dinding.

Al-Quran telah dilalaikan oleh sebagian orang. Mereka larut dalam nyanyian yang melenakan. Suara lisan yang merdu mereka gunakan untuk menyenandungkan nyanyian-nyanyian yang dapat melalaikan dari dzikrullah. Alangkah merdu suaramu seandainya engkau gunakan untuk membaca AlQuran.

Dikisahkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitabnya At-Tawwabin tentang seorang pemuda yang senang menghabiskan waktu untuk menyenandungkan dan menikmati nyanyian. Pemuda itu bernama Zadzan al-Kindii, julukannya Abu ‘Umar.

Suatu hari, Abdullah bin Mas’ud melewati suatu kawasan di Kufah. Ternyata di sana ada beberapa anak muda yang tengah berkumpul sambil minum-minuman keras. Ada di antara mereka seorang penyanyi bernama Zadzan Al-Kindi yang sedang menabuh alat music dan bernyanyi dengan suara merdu.

Ketika mendengarnya, ‘Abdullah bin Mas’ud berseru, “Alangkah baiknya suara ini seandainya saja ia gunakan membaca kitab Allah!” Sambil merapikan surbannya ia pergi.

Ternyata Zadzan mendengar perkataan itu.
“Siapa tadi?”
“’Abdullah bin Mas’ud, sahabat Rasulullah,” jawan temannya.
“Apa yang dikatakannya?” tanya Zadzan lagi.
“Alangkah baiknya suaramu seandainya saja digunakan membaca Kitab Allah,” jawab temannya.

Zadzan langsung bangkit dan membanting alat musiknya ke tanah hingga remuk. Kemudian ia bergegas mengejar Ibnu Mas’ud dan berhasil mendapatinya. Ia menbaruh sapu tangan di lehernya, lalu ia menangis di hadapan Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud memeluknya lalu keduanya pun sama-sama menangis.
“Bagaimana aku tidak mencintai orang yang telah dicintai Allah azza wa jalla!” seru Ibnu Mas’ud.

Lalu Zadzan Al-Kindi bertaubat kepada Allah dari dosa-dosanya dan terus mengikuti Ibnu Mas’ud untuk belajar Al-Quran dan ilmu lainnya hingga ia menjadi panutan dalam bidang keilmuan. Ia pun meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Mas’ud, Salman Al-Farisi, serta dari yang lainnya. Begitulah hidayah Allah telah menghunjam ke dalam hati Zadzan Al-Kindi, seorang pemuda yang gemar mabuk dan bernyanyi, hingga akhirnya ia menjadi ulama yang mempunyai kedudukan mulia. 
Abdul Qadir Al-Arna’uth dalam tahqiq-nya terhadap kitab At-Tawwabin menyebutkan bahwa Zadzan Al-Kindi adalah salah seorang tabi’in. Al-Khatib mengatakan, “Ia (Zadzan Al-Kindi) tsiqat.” Al-Ajli mengatakan, “(Ia) seorang penduduk Kufah, tabi’in, dan tsiqat.” Sedang Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam Taqrib At-Tahdzib, “Tsiqat yang meriwayatkan hadits secara mursal. Zadzan Al-Kindi wafat pada tahun 82 Hijriyah.


0 komentar:

Posting Komentar

PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...