MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

1 Agustus 2012

Sabar


Suatu saat ketika saya naik motor, keadaan macet karena jalan sedang ramai. Pada salah satu persimpangan ada seorang petugas pengatus lalu lintas. Bukan polisi tapi dikenal dengan nama Supeltas, yakni warga sipil yang membantu polisi untuk mengatur lalu lintas. 
Di persimpangan tersebut petugas Supeltas menghentikan laju kendaraan dari arah saya untuk memberi kesempatan kendaraan dari arah lain melaju. Dalam keadaan demikian, ada seorang pengendara sepeda motor melaju menerobos padatnya kendaraan, sedangkan petugas Supeltas belum memberi aba-aba untuk kendaraan dari arah saya untuk lewat.

Si petugas Supeltas merasa kesal karena menganggap pengendara motor tadi seenaknya menerobos dan tidak sabar menunggu. Petugas tersebut dengan nada ketus setengah berteriak berkata, “Hei, yang sabar!”

Saya jadi berpikir. Menuntut orang lain untuk bersabar itu mudah tetapi menerapkannya pada diri sendiri ternyata susah. Baiklah kita katakan bahwa pengendara motor tadi tidak sabar dan dengan seenaknya menerobos kepadatan lalu lintas sehingga mengganggu jalannya kendaraan lain. Kita katakan pengendara motor itu tidak bisa sabar menunggu gilirannya. Kemudian bagaimanakah sikap petugas Supeltas tadi? Wajar memang kalau ia merasa kesal dan marah sehingga ia ungkapkan dengan meneriaki pengendara motor dengan nada kesal “Hei, yang sabar!”.

Petugas Supeltas itu mengatakan bahwa si pengendara motor harus sabar. Lalu mengapa ia mengungkapkan kemarahannya tersebut dengan teriakan. Ternyata sabar itu adalah kata yang mudah untuk diucapkan. Mudah untuk disarankan kepada orang lain, namun sangat sulit untuk menerapkannya pada diri sendiri. Sabar dalam menahan amarah adalah sebuah usaha yang sangat sulit.

Satu lagi kejadian di jalan raya. Ketika berhenti di lampu traffic light, sering saya menebak-nebak, ada berapa banyak orang yang akan membunyikan klakson ketika lampu seketika menyala hijau. Dan seringnya ada beberapa orang yang membunyikan klakson karena tidak sabar menunggu kendaraan di depan mereka berjalan.

Pernah ada pengendara sepeda motor yang berhenti paling depan di traffic light. Saat menunggu lampu menyala hijau, kendaraan orang tersebut mati. Kemudian orang tersebut berusaha menghidupkan kendaraannya dan ternyata tidak bisa. Sampai lampu meyala hijau orang tersebut masih belum bisa menghidupkan kendaraannya. Orang tersebut merasa panik. Bisa Anda tebak apa yang dilakukan oleh para pengendara di belakangnya. Mereka membunyikan klakson terus menerus menandakan ketidaksukaannya karena kendaraan di depan mereka menghalangi jalan mereka. Di manakah kesabaran kita? Di manakah kepedulian kita terhadap sesama? Bisa saja kejadian tersebut menimpa diri kita.

Perhatikanlah ketika Anda berhenti di lampu traffic light saat lampunya menyala merah. Kemudian, saat seketika lampu menyala hijau coba dengarkan berapa banyak orang yang membunyikan klakson karena tidak sabar. 



0 komentar:

Posting Komentar

PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...