Salah satu pintu kemaksiatan adalah pandangan mata. Dalam kitab Ad-Da' wa Ad-Dawa', Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan, "Pandangan merupakan akar dari kebanyakan bencana yang menimpa manusia. Pandangan bisa menimbulkan lintasan pikiran, lalu lintasan ini melahirkan pikiran, lalu pikiran ini melahirkan nafsu (syahwat), lalu nafsu ini melahirkan kehendak, dan kehendak pun terus menguat sehingga menjadi sebuah hasrat dan tekat yang sangat kuat. Kalau sudah begitu, sudah tentu akan ada pelaksanaan, selama tidak ada penghalang yang merintanginya."
Setiap orang yang beriman hendaknya selalu berusaha menjaga pandangannya dari hal-hal yang diharamkan. Salah satu manfaat menahan pandangan yaitu dapat membersihkan hati dari derita penyesalan. Hal ini sebagaimana diungkapkan pleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Raudhatul Muhibbin berikut ini:
"Barangsiapa yang mengumbar pandangan matanya maka penyesalan yang dirasakan tiada henti. Dan sesuatu yang lebih berbahaya adalah mengumbar pandangan. Karena ia akan melihat apapun yang dicarinya dan tidak bersabar untuk bisa meraih apa yang telah dilihatnya. Dan itu adalah derita dan siksaan baginya.
Al-Ashma'i berkata, "Saya pernah melihat seorang gadis pada waktu thawaf, yang seakan-akan dia adalah matahari. Aku pun terus memandanginya dan hatiku berdesir karena keelokan parasnya.'
Lalu dia (gadis itu) bertanya kepadaku, 'Ada apa dengan dirimu?'
Aku katakan, 'Engkau memang layak untuk dipandang.'
Kemudian gadis itu melantukan syair:
Selagi pandangan matamu berkeliaranSegala pemandangan akan membebani hatiEngkau memandang sesuatu di luar kemampuan dirimuSebagian lagi tiada kesabaran lagi
Pandangan akan menyusup ke dalam hati sebagaimana anak panah yang meluncur dari busurnya, jika engkau tidak mematahkannya, ia akan melukai dirimu. Pandangan itu ibarat bara api yang dilemparkan ke dahan-dahan yang kering, bila tidak membakar seluruh dahan itu, ia akan membakar sebagiannya.
Sebagimana dikatakan dalam sebuah syair:
Segala peristiwa berawal dari pandangan mataJilatan api bermula dari setitik apiBerapa banyak pandangan yang membelah hati pemiliknyaLaksana anak panah yang melesat dari busurnyaSelagi manusia memiliki mata untuk memandangDia tidak lepas dari bahaya yang menghadangSenang di permulaan dan ada bahaya di kemudian hariTidak ada ucapan selamat datang, dan bahaya saat kembali
Orang yang memandang melepaskan pandangan dengan anak panah yang dikehendaki oleh hatinya, sedangkan ia tidak merasakan kalau sebenarnya ia melepaskan hatinya.
Wahai orang yang melepaskan anak panah sesaat
Engkaulah sang pembunuh namun tiada mengenaWahai orang yagn mengumbar pandangan untuk mencari obatKau datang dengan membawa kayu bakat yang membara
*Sukoharjo, 17 September 2012
0 komentar:
Posting Komentar