Ketika Anda tertimpa musibah, misalnya kendaraan Anda dicuri orang, maka cobalah melihat orang-orang yang berkeliaran di jalan dan tidur di bawah jembatan. Orang-orang tersebut tidak bermimpi mempunyai kendaraan yang bagus, tetapi mimpi mereka adalah esok hari bisa makan sesuap nasi. Sedangkan Anda masih punya tempat tinggal yang menaungi Anda dan makanan bergizi yang dapat menegakkan punggung Anda.
Jika Anda tertimpa musibah kecelakaan, tangan dan kaki Anda remuk dan wajah Anda rusak, cobalah melihat orang-orang yang dimakamkan dalam ruangan dua kali satu meter. Orang-orang tersebut tidak mempunyai waktu untuk merasa bersedih dan mengeluh karena mereka tidak memiliki waktu untuk itu. Bahkan mereka tidak memiliki waktu lagi untuk memperbanyak bekal dalam melalui perjalanan yang panjang dan berat menuju Tuhannya. Dan mereka sangat berharap seandainya mereka diberi kesempatan hidup dunia meskipun hanya beberapa menit saja. Sedangkan Anda masih mempunyai lisan yang bisa digunakan untuk berzikir, mata yang bisa melihat, telinga untuk mendengar. Anda masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menambah dan meyiapkan bekal untuk hari setelah kematian.
Jika Anda tidak lulus dalam ujian studi pendidikan Anda, cobalah melihat orang-orang yang tidak mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Mereka lebih tersibukkan untuk berjuang hidup. Mereka akan senang hati jika mereka bisa ikut menikmati pendidikan. Sedangkan Anda diberi anugerah oleh Tuhan untuk menikmati pendidikan. Ketidaklulusan Anda adalah ujian dari Allah. Jangan sampai Anda mengeluh dan berburuk sangka kepada Tuhan. Dan jangan terlalu larut dalam kesedihan Anda. Bersabarlah dan berusahalah lebih baik untuk ke depannya.
Jika Anda dipecat dari pekerjaan Anda, ketahuilah bahwa jatah rezeki Anda tidak akan lari ke manapun. Rezeki Anda akan datang kepada Anda. Maka, berusahalah dan berdoalah kepada Tuhan Yang Maha Kaya. Sesungguhnya Anda tidak akan ditelantarkan. Burung saja pergi pagi hari dalam keadaan perut kosong dan kembali sore hari dalam keadaan kenyang. Itulah rezeki dari Tuhan yang dilimpahkan kepada makhluk-Nya.
Dari semua ujian yang menimpa seorang hamba, selayaknya ia tetap bersyukur kepada Allah atas nikmat iman dan Islam. Nikmat dinul Islam ini tidak dapat tergantikan oleh seluruh kenikmatan yang ada di dunia. Maka, bersyukurlah atas nikmat iman dan Islam. Itulah sebesar-besar nikmat dari Allah.
Umar bin Khaththab mengatakan dalam khutbahnya,
“Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan kita dengan Islam, dan memuliakan kita dengan iman, serta mengasihi kita dengan mengutus nabi-Nya kepada kita yang menunjuki kita dari kesesatan, dan menyatukan kita dari perpecahan, melunakkan hati kita, menolong kita dari musuh-musuh kita, menempatkan kita dalam sebuah negeri, serta menjadikan kita bersaudara dan saling mencintai.” (Mawa’izu Ash-Shahabah)
JANGAN TANGISI SUSU YANG TELAH TUMPAH
Ada sebuah pepatah Jerman berbunyi, “Orang bahagia adalah orang yang mampu melupakan sesuatu yang tida ada jalan untuk mengubahnya.” Memang benar, tidak ada yang lebih indah dari sikap melupakan dan membuang jauh-jauh dari pikiran kita sesuatu yang telah terjadi dan telah selesai. Memang inilah cara menggapai kebahagiaan dan jalan menggapai ketabahan hati.
Brandoni pernah berkata, “Jangan tangisi susu yang telah tumpah.”
Menangisi terus-menerus sesuatu yang telah terjadi adalah sebuah kesia-siaan. Menghabiskan waktu dan tenaga serta malah menjadikan beban kesedihan semakin berat. Pepatah Indonesia berbunyi, “Nasi sudah menjadi bubur.” Sesuatu yang telah terjadi tidak dapat dikembalikan lagi, tidak dapat diulang lagi. Karena masa (waktu) berjalan maju, bukan berjalan mundur.
Dalam kitab La Tahzan, Aidh al-Qarni mengatakan, “Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu! Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya, keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan, dan sekaligus menakutkan.”
0 komentar:
Posting Komentar