MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

1 April 2012

Ikhlas


Ikhlas dari kata khalasa maknanya adalah bening (sahfa), segala noda hilang darinya. Ikhlas adalah menyaring sesuatu sampai tidak lagi tercampuri dengan yang lainnya. Kalimatul ikhlas adalah kalimat tauhid yaitu laa ilaaha illallah. Surat ikhlas adalah surat qul huwallahu ahad, yaitu surat tauhid.

Makna ikhlas secara bahasa adalah suci (ash-shafa’), bersih (an-naqi), dan tauhid. Adapun ikhlas dalam syariat Islam adalah sucinya niat, bersihnya hati dari syirik dan riya’ serta hanya menginginkan ridha Allah semata dalam segala kepercayaan, perkataan, dan perbuatan.

Ikhlas ada dengan menghadapkan diri sepenuhnya kepada Yang Mahamulia keagungan-Nya, Mahaluhur asma-Nya, Mahatiada terhingga kekuasaan-Nya. Dan dengan mengesakan-Nya dengan tauhid, ibadah, ketaatan, cinta, permintaan, dan khusyu dalam ibadah kepada-Nya. Itu semua ditujukan untuk mendapatkan ridha-Nya dalam segala perbuatan, geraknya tubuh, diamnya tubuh, keinginan hati, dan bisikan jiwa.

Imam Al-Muhasibi berkata, “Ketahuilah, orang yang ikhlas tidak dinamakan ikhlas sampai dia mengesakan Allah dari segala sesuatu, dari segala sekutu, teman, dan anak. Dan ia hanya menginginkan Allah dengan mendirikan tauhid serta mengumpulkan segala dayanya utnuk Allah dalam mengerjakan ibadah sennah maupun fardhu.”

Allah berfirman,
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Qs. Al-Kahfi: 110)

Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik)… (Qs. Az-Zumar: 2-3)

Imam Al-Alusi berkata, “Ayat ini menunjukkan tingginya nilai ikhlas dalam ibadah, dan betapa banyak ayat yang menunjukkan hal itu.”

Imam Al-Qurthubi berkata dalam menafsirkan firman Allah, “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih”, berkata, “Artinya yang tidak dicampuri yang lain. Dan dalam hadits hasan dari Abu Hurairah disebutkan bahwa ada seorang lelaki berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku menyedekahkan sesuatu dan berbuat sesuatu dengan hal itu aku ingin ridha Allah dan pujian manusia.’ Rasulullah bersabda, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, Allah tidak menerima sesuatu yang Dia disekutukan di dalamnya.’ Kemudian Rasulullah membaca ayat, “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih’”

Imam Hasan Al-Bashri berkata, “ Kami telah berjumpa dengan kaum yang jika ada amal kebaikan mereka ditolak lebih khawatir daripada kalian akan diazab dengan amal buruk kalian.”

Ketahuilah bahwa Allah tidak menerima amal kecuali yang benar dan ikhlas, berdasarkan sabda Rasulullah, “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya. Seiap ornag tergantung apa yang diniatkannya.” (HR. Bukhari) 


Imam Ibnu Katsir berkata. “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal sampai megumpulkan dua pilar ini : benar sesuai dengan syariat dan bersih dari syirik.”

Ikhlas Para Sahabat
Ketika Abu Bakar Ash-Shidiq menjadi khalifah, ia pergi ke rumah nenek tua yang buta. Ia menyapukan rumahnya dan menyiapkan makanannya. Itu ia lakukan dengan sembunyi-sembunyi ketika malam telah larut. Tidak seorang pun yang tahu.

Sebelumnya, nenek itu dibantu oleh Umar bin Khaththab. Suatu hari Umar menjenguknya dan menemukan nenek itu telah dibantu seseorang. Rumah, makanan, dan lain sebagainya telah dalam keadaan baik. Umar bertanya pada nenek buta siapa itu orang yang membantunya. Nenek itu tidak bisa menjawab karena orang itu tidak memberitahukan namanya.
Umar berkali-kali datang ke rumah nenek itu dan menemukannya dalam keadaan baik dan rapi. Akhirnya ia memutuskan untuk mengawasi rumah nenek buta itu 24 jam. Sampai akhirnya ia masuk rumah nenek itu ketika ada seseorang masuk tengah malam. Ternyata orang itu adalah Abu Bakar. 
Imam Al-Auza’i meriwayatkan bahwa Umar bin Khaththab keluar di kegelapan malam. Thalhah melihatnya. Umar pergi dan masuk sebuah rumah. Lalu masuk rumah lain. Pagi harinya, Thalhah pergi ke rumah itu. Di sana ada seorang nenek tua buta sedang duduk. Thalhah berkata kepada nenek itu, “Mengapa orang ini mendatangimu?” Nenek menjawab, “Ia telah bernjanji kepadaku sejak begini dan begini. Ia mendatangiku membawa keperluanku dan mengeluarkan derita dariku.” Thalhah berkata, “Celaka kau Thalhah, apakah pada rahasia Umar kau mengintip-intip?”

 
Referensi:
M. Abdul Qadir Abu Faris. Tazkiyatun An-Nafs. (Terjemahan Habiburrahman Saerozi). 2005. Menyucikan Jiwa. Depok: Gema Insani


0 komentar:

Posting Komentar

PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...