MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

7 Mei 2014

Khansa’: Ibunda Para Syuhada


Jika umat Islam tidak mempelajari perjalanan perjuangan generasi pertama umat Islam, kepada siapa mereka akan mengambil teladan. Akankah kisah-kisah menakjubkan dari Rasulullah dan para sahabatnya hanya akan tercetak di dalam buku tanpa ada yang membaca dan mempelajarinya?

Aktivitas mempelajari dan mengajarkan kisah-kisah perjuangan generasi salaf menjadi kebutuhan yang akan berguna untuk menguatkan ruhani, menambah semangat, dan membakar gelora perjuangan di dalam dada-dada kaum muslimin. Ada beberapa manfaat ketika kita mau mempelajari sejarah mereka sebagaimana disebutkan oleh Ahmad Farid dalam kitabnya Min A’lam As-Salaf.

Salah satu manfaat tersebut yaitu kita dapat mengetahui kedudukan kita dibandingkan dengan mrereka. Dengan memperlajari kisah-kisah salaf, kita menjadi sadar diri bahwa kita sebenarnya sangat jauh dari mereka dalam hal iman dan amal. Dengan begitu, akan terdorong dalam diri kita untuk meningkatkan iman dan amal.

Manfaat lainnya yaitu kita dapat meneladani amal-amal mereka yang melimpah. Dengan mempelajari sejarah generasi salaf yang penuh dengan amal-amal kebaikan yang melimpah akan menimbulkan motivasi dalam diri untuk meniru amalan mereka.

Sungguh, telah ada teladan pada generasi yang membersamai Nabi Muhammad menyampaikan risalah Islam. Salah satunya seorang shahabiyat (sahabat wanita). Marilah kita simak kisah Khansa’ yang menakjubkan sebagaimana disebutkan dalam kitab Nisaa Haular Rasul.

Nama lengkapnya ialah Tumadhir binti ‘Amr bin Al-Harits bin Syarid. Dikenal dengan nama Khansa’. Ia terkenal sebagai seorang penyair wanita yang ulung. Suatu ketika Rasulullah meminta Khansa’ untuk bersyair dan beliau sangat mengaguminya. Ketika Khansa’ sedang bersyair, Rasulullah bersabda, “Aduhai, wahai Khansa’, hariku terasa indah dengan syairku.

Di samping keahliannya dalam syair, Khansa’ juga menjadi muslimah yang memiliki semangat juang yang tinggi dalam membela agama Allah. Hal itu terlihat dari seringnya ia keluar berjihad bersama kaum muslimin.

Ketika Mutsanna bin Haritsah asy-Syaibani berangkat ke Qadisiyah di masa Amirul Mukminin Umar bin Khaththab, Khansa’ berangkat bersama keempat putranya untuk menyertai pasukan tersebut.

Di medan peperangan, di saat malam ketika para pasukan sedang siap berperang satu sama lain, Khansa’ mengumpulkan keempat putranya untuk memberikan pengarahan kepada mereka dan mengobarkan semangat kepada mereka untuk berperang dan agar mereka tidak lari dari peperangan serta agar mereka mengharapkan syahid di jalan Allah. Dengarkanlah wasiat al-Khansa’ yang mulia tersebut :

“Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian telah masuk Islam dengan ketaatan, kalian telah berhijrah dengan sukarela dan Demi Allah, tiada ilah selain Dia, sesungguhnya kalian adalah putra-putra dari seorang wanita yang tidak pernah berkhianat kepada ayah kalian, kalian juga tidak pernah memerlukan paman kalian, tidak pernah merusak kehormatan kalian dan tidak pula berubah nasab kalian.
Kalian mengetahui apa yang telah Allah janjikan bagi kaum muslimin berupa pahala yang agung bagi yang memerangi orang-orang kafir, dan ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik dari negeri yang fana (binasa).
Allah befirman, ‘Wahai orang-orang yang berfirman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.’ (Ali Imran: 20).
Maka, ketika datang waktu esok, jika Allah menghendaki kalian masih selamat, persiapkanlah diri kalian untuk memerangi musuh dengan penuh semangat dan mohonlah kepada Allah untuk kemenangan kaum muslimin.
Jika kalian melihat perang telah berkecamuk, ketika api telah berkobar, maka terjunlah kalian di medan laga, bersabarlah kalian menghadapi panasnya perjuangan, niscaya kalian akan berjaya dengan ghanimah (rampasan perang) dan kemuliaan atau syahid di negeri yang kekal.”


Setelah keempat putranya mendengarkan nasehat tersebut dengan penuh seksama, mereka keluar dari kamar ibu mereka dengan menerima nasihatnya dan tekad hatinya untuk melaksanakan nasihat tersebut. Maka, ketika datang waktu pagi, mereka segera bergabung bersama pasukan dan bertolak untuk menghadapi musuh, sedangkan mereka berangkat seraya melantunkan syair. Keempat putra Khansa’ tersebut akhirnya mendapat kemuliaan berupa mati syahid.

Ketika berita syahidnya empat bersaudara itu sampai kepada ibunya yang mukminah dan sabar, beliau tidaklah menjadi goncang ataupun meratap, bahkan beliau mengatakan suatu perkataan yang masyhur yang dicatat oleh sejarah dan akan senantiasa diulang-ulang oleh sejarah sampai waktu yang dikehendaki Allah, yakni, “Segala puji bagi Allah yang memuliakan diriku dengan syahidnya mereka, dan aku berharap kepada Rabb-ku agar Dia mengumpulkan diriku dengan mereka dalam rahmat-Nya”.

Umar bin Khaththab mengetahui keutamaan al-Khansa’ dan putra-putranya sehingga beliau senantiasa memberikan bantuan yang merupakan jatah keempat anaknya kepada beliau hingga beliau wafat.

***
Referensi:
Mahmud Mahdi Al-Istanbuli & Musthafa Abu Nashr Asy-Syilbi. Nisaa Haular Rasul. (Terjemahan: Wanita Teladan. 2005. Bandung: Penerbit Irsyad Baitus Salam)
 Ahmad Farid. Min A’lam As-Salaf. (Terjemahan: Biografi 50 Ulama Ahlisunnah. 2012. Jakarta: Penerbit Darul Haq)

***
Sukrisno Santoso
Ditulis saat senja pada hari Rabu, 7 Mei 2014, di rumah, Kota Sukoharjo





0 komentar:

Posting Komentar

PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...