Namanya Abu Ubaidah, Amir bin Abdullah Al-Jarrah Al-Fihri, Al-Qurasyi. Orang terpercaya umat ini. Ia adalah salah satu dari sepuluh orang yang diberi kabar gembira dengan surga.
Ia masuk Islam melalui tangan Abu Bakar Ash-Shidiq pada masa-masa awal dakwah Islam. Ia mempunyai beberapa keutamaan. Ia meninggal dunia karena penyakit tha’un, pada masa penyakit ini mewabah di Syam pada tahun 18 H. Saat itu ia berumur 85 tahun.
Semoga Allah meridhainya.
Berikut ini beberapa kata-kata mutiara yang diriwayatkan darinya, sebagaimana dituliskan oleh Shalih Ahmad Asy-Syam dalam kitabnya, Mawa’izhu Ash-Shahabah.
- Aku Tahu Apa yang Engkau Butuhkan
Setelah membaca surat dari Umar tersebut, Abu Ubaidah berkata, “Aku tahu apa yang diinginkan oleh Amirul Mikminin. Sesungguhnya ia menginginkan keberadaan orang yang tidak kekal.”
Lalu Abu Ubaidah membalas surat Umar dengan menulis, “Sesungguhnya aku mengerti apa yang engkau inginkan. Maka izinkanlah aku untuk tidak memenuhi permintaanmu karena saat ini aku adalah salah seorang dari pasukan muslimin. Dan aku tidak akan mementingkan diriku sendiri dan mengabaikan mereka.”
Setelah membaca surat Abu Ubaidah, Umar menangis. Lalu ada yang bertanya kepadanya, “Apakah Abu Ubaidah telah meninggal?”
Ia menjawab, “Tidak, tetapi seakan-akan ia telah tiada.
- Kehancuran
- Buah Kebaikan
Tutuplah keburukan-keburukan yang telah lalu dengan kebaikan-kebaikan yang baru. Seandainya salah seorang dari kalian melakukan keburukan hingga memenuhi apa yang ada di antara langit dan bumi, kemudian ia berbuat sebuah kebaikan, niscaya kebaikan itu akan lebih tinggi daripada keburukan-keburukannya hingga meleburnya.”
- Bagian dari Kulitnya
- Seperti Kertas
- Andaikan Aku
(Maksudnya, lebih baik baik menjadi hewan yang mati disembelih tanpa menjalani tanggung jawab apapun setelahnya. Sedangkan menjadi manusia, setelah mati, ia masih harus mempertanggungjawabkan amal-amal perbuatannya di akhirat kelak)
- Introspeksi Diri
***
Referensi:
Shalih Ahmad Asy-Syami. Mawa’izu Ash-Shahabah. (Terjemahan: Untaian Hikmah Pelembut Jiwa. 1999. Sukoharjo: Penerbit Roemah Buku)
***
Sukrisno Santoso
Ditulis pada waktu sore, Kamis, 1 Mei 2014, di rumah, Kota Sukoharjo
0 komentar:
Posting Komentar