MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

2 Mei 2014

Kisah Bekas Perampok Menjadi Ulama


Al-Fudhail bin Iyadh, dijuluki sebagai Abid Al-Haramain (Ahli Ibadah Makkah Madinah). Kawan sejawatnya ialah Imam Malik, Sufyan, dan Ibnul Mubarak. Para ulama memberikan pujian atasnya. Ahmad Farid dalam kitabnya Min A’lam As-Salaf menyebutkan pujian beberapa ulama kepada Al-Fudhail bin Iyadh.

  • Ibnu Sa’ad mengatakan, “Ia adalah tsiqah, memiliki keutamaan, ahli ibadah, wara’, dan banyak hadits.”
  • Adz-Dzahabi mengatakan, “Al-Fudhail bin Iyadh, orang zuhud, syaikh al-haram, salah seorang perawi yang tsabat, disepakati ketsiqahan dan kebesarannya.”
  • Ibnul Mubarak mengatakan, “Menurutku, tidak tersisa lagi di permukaan bumi ini seorang pun yang lebih utama daripada Al-Fudhail bin Iyadh.”

Al-Fudhail bin Iyadh dahulunya ialah seorang perampok atau pemalak jalanan. Kisah taubatnya disebutkan oleh Ibnu Qudamah dalam kitab At-Tawwabin berikut ini.

Dulu Al-Fudhail bin Iyadh menjadi pemalak jalanan. Suatu malam, ia keluar untuk memalak. Ternyata, ada satu kafilah (kelompok) yang mendekat ke arahnya.
Salah seorang dari mereka berkata kepada yang lainnya, “Mari kita singgah terlebih dahulu ke desa ini, karena di hadapan kita ada orang yang biasa merampok bernama Fudhail.”
Fudhail mendengarnya dan menggigil gemetar seraya berseru, “Hai kalian, akulah Fudhail, teruskanlah perjalanan kalian. Demi Allah, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mendurhakai Allah untuk selama-lamanya.”
Lalu ia meninggalkan apa yang biasa dilakukannya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Fudhail menjamu rombongan kafilah pada malam itu juga. “Kalian aman dari bahaya Fudhail,” seru Fudhail.
Kemudian ia keluar untuk mencari makanan buat mereka. Setelah kembali, tiba-tiba ia mendengar seorang pembaca Al-Quran tengah membaca, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah,” (QS. Al-Hadid: 16).
Fudhail berseru, “Tentu, telah tiba waktunya....” Inilah awal taubatnya.

Abu 'Ammaar Al-Husain bin Huraits meriwayatkan kisah yang mempunyai kemiripan, sebagaimana dikutip oleh Ustadz Firanda dalam firanda.com berikut ini.

Al-Fadhl bin Musa berkata, “Al-Fudhail bin ‘Iyadh dulunya adalah seorang perampok yang menghadang orang-orang di daerah antara daerah Abiwarda dan dan daerah Sarkhos. Sebab beliau bertaubat adalah beliau pernah terpikat dengan seorang wanita, maka tatkala beliau tengah memanjat tembok untuk menemui (mengintip) wanita tersebut, tiba-tiba saja beliau mendengar seseorang membaca firman Allah, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah,” (QS Al-Hadid : 16).
Maka tatkala beliau mendengar lantunan ayat tersebut maka beliau langsung berkata, “Tentu saja, wahai Rabbku. Sungguh telah tiba saatku (untuk tunduk hati mereka mengingat Allah).”
Maka beliau pun kembali, dan beliau pun beristirahat di sebuah bangunan rusak. Tiba-tiba saja di sana ada sekelompok orang yang sedang lewat. Sebagian mereka berkata, “Kita jalan terus,” dan sebagian yang lain berkata, “Kita istirahat saja sampai pagi, karena si Fudhail berada di arah jalan kita ini, dan ia akan menghadang dan merampok kita.”
(Mendengar hal ini) Fudhail pun berkata, “Kemudian aku merenung dan berkata, ‘Aku sedang melakukan kemaksiatan di malam hari (yaitu ia berusaha untuk mengintip sang wanita-pent) padahal sebagian dari kaum muslimin di sini ketakutan kepadaku (karena menyangka Fudhal sedang menghadang mereka, padahal Fudhail sedang mau mengintip wanita-pent), dan menurutku tidaklah Allah menggiringku kepada mereka ini melainkan agar aku berhenti (dari kemaksiatan ini). Ya Allah, sungguh aku telah bertaubat kepada-Mu dan aku jadikan taubatku itu dengan tinggal di Baitul Haram’.”
(Lihat biografi beliau di Siyar A'lam An-Nubala dan Tahdzib At-Tahdzib)
***
Referensi:
Ibnu Qudamah Al-Maqdisi. Kitab At-Tawwabin. Peneliti (tahqiq): Abdul Qadir Al-Arnauth. (Terjemahan: Menuju Surga-Mu. 2007. Yogyakarta: Penerbit Uswah, Kelompok Pro-U Media)

Ahmad Farid. Min A’lam As-Salaf. (Terjemahan: Biografi 50 Ulama Ahlisunnah. 2012. Jakarta: Penerbit Darul Haq)

Firanda Andirja. 2010. “Bekas Perampok Jadi Ulama?” dalam http://firanda.com (diakses pada tanggal 2 Mei 2014)

***
Sukrisno Santoso
Ditulis saat hujan gerimis pada hari Jumat, 2 Mei 2014, di rumah, Kota Sukoharjo


1 komentar:

Masyaa Allah.. Sebuah Kisah Yang Baik.. Semoga Allah Menjadikan Orang Orang Indonesia kelak Menjadi Orang Yang LEmbut.. dan Tunduk Kepada Kebenaran.. Juga Diri Saya. Amiin.. :)

Posting Komentar

PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...