MUSLIMAH

Menuju Insan yang Shalihah

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MUTIARA DAKWAH

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

8 April 2014

Faidah Mempelajari Biografi Ulama


“Siapakah pemimpin kota ini?”
Pertanyaan itu dilontarkan oleh seorang laki-laki yang masuk kota Bashrah.
Orang-orang menjawab, “Hasan Al-Bashri.”
“Karena apakah, “tanya laki-laki itu, “dia menjadi pemimpin mereka?”
“Mereka membutuhkan ilmunya, sedangkan dia tidak membutuhkan harta benda mereka.”

Demikianlah ilmu telah mengangkat pemiliknya menjadi orang yang mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Sesungguhnya Allah meninggikan beberapa kaum dengan ilmu ini, dan merendahkan beberapa kaum lainnya dengannya.” (HR. Muslim)

Sufyan bin Uyainah berkata, “Orang yang paling tinggi kedudukannya ialah orang yang berada di antara Allah dengan para hamba-Nya, yaitu para nabi dan ulama.”

Seorang mantan budak, Atha’ bin Abi Rabah, yang berkulit hitam dan berhidung pesek, menjadi mulia kedudukannya karena ilmu bersemayam dalam hatinya. Bahkan, khalifah Sulaiman bin Abdul Malik pun membawa kedua putranya untuk belajar kepadanya.

Lihatlah seorang perampok jalanan yang bertaubat, Fudhail bin Iyadh. Hingga ia kemudian menjadi orang yang mulia dengan memepelajari ilmu dan mengamalkannya. Para ulama memuji-muji kebaikannya. Dan kata-kata mutiaranya menghias buku-buku para ulama.

As-Syafi’i, yang sejak kecilnya hidup sebagai anak yatim yang miskin. Ia menggunakan tulang yang lebar sebagai tempat untuk menuliskan hadits karena tidak memiliki harta untuk membeli kertas. Hingga saat ini, namanya masih disebut-sebut, kitabnya dipelajari dan disebarluaskan, pemahaman dan pemikirannya menjadi panduan umat Islam.

Umat Islam telah mencatatkan tokoh-tokoh besar sepanjang perjalanan masa. Mereka –para ulama– telah membimbing umat dengan dua tongkat rabbaninya, Al-Qur’an dan Hadits. Melalui tangan merekalah, cahaya Islam menyebar ke seluruh belahan dunia.

Oleh karena itu, begitu perlunya kita untuk mengetahui kehidupan mereka. Perlu kita ketahui bagaimana perjalanan mereka dalam menuntut ilmu, amalan-amalan wajib dan sunah mereka, semangat mereka dalam menyebarkan benih-benih kebaikan, nasehat-nasehat yang meluruh dalam hati, dan pemikiran-pemikiran mereka yang cemerlang.

Jika umat sudah dijauhkan dari mengenal kehidupan mereka, siapakah yang akan menjadi teladan umat ini? Apakah para artis, atlet, dan para pelawak yang akan menjadi panutan umat?

Sungguh, saat ini generasi Islam perlu didekatkan dengan ulama agama ini. Sangat perlu adanya majelis-majelis yang di dalamnya disampaikan sejarah kehidupan para ulama. Para dai perlu mengenalkan ulama kepada para penuntut ilmu. Harapannya, kebaikan yang ditinggalkan para ulama itu akan diraih, diamalkan, dan disebarkan oleh generasi umat ini.

Ada banyak faidah yang akan kita dapatkan tatkala mempelajari biografi para ulama. Syaikh Ahmad Farid menyebutkan beberapa faidah di dalam kitabnya, Min A’lam As-Salaf.

  1. Mendidik bagi para pemuda untuk meraih kebangkitan Islam.
  2. Menghimpun rangkuman pengalaman, sari pemikiran, dan pendirian para ulama, lalu ia dapat berpegang teguh dan bersungguh-sungguh dalam kebaikan.
  3. Mengetahui kemuliaan ilmu dan pengembannya.
  4. Menambah kecintaan kepada ulama, orang-orang yang shalih. Bukankah Rasulullah pernah bersabda, “Seseorang itu bersama orang yang dicintainya.” (HR. Bukhari)
  5. Menyebarkan ilmu mereka, memetik pemahaman mereka, dan mengambil pelajaran dari nasehat mereka.
  6. Rahmat-rahmat akan turun ketika mengenang orang-orang yang shalih.
  7. Mengetahui kedudukan diri kita dibandingkan mereka.
  8. Meneladani amal-amal mereka yang melimpah.
  9. Mengetahui tingkatan para ulama dan mengetahui guru dan murid mereka.
  10. Memperbaharui kemauan untuk berusaha meniru kebaikan mereka.
***

Referensi:
Kitab Min A’lam As-Salaf. Ahmad Farid. (Terjemahan: Biografi 60 Ulama Ahlisunnah. 2012. Jakarta: Penerbit Darul Haq)

***


Sukrisno Santoso
Ditulis pada pagi hari yang cerah, Selasa, 8 April 2014, di rumah, Kota Sukoharjo


0 komentar:

Posting Komentar

PROMO BUKU

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...