Dan tubuh mereka bak kuburan sebelum mereka dikuburkan
Dan ruh mereka ingin kembali kepada tubuhnya
Akan tetapi mereka tidak akan dibangkitkan hingga hari kebangkitan
Syair tersebut disebutkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Miftah Dar As-Sa’adah. Kebodohan adalah penyakit kronis yang harus diobati karena kebodohan adalah pangkal kesesatan dan kesengsaraan. Obat kebodohan adalah belajar dan menuntul ilmu.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Mengenai kemuliaan ilmu dan pemiliknya, maka Allah telah menyatakan ketidaksetaraan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu, sebagaimana Allah membedakan antara penghuni neraka dengan penghuni surga. Allah berfirman, "Katakanlah (Muhammad), tidak sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui." (QS. Az-Zumar: 9)
"Tidak sama antara penghuni neraka dan penghuni surga." (QS. Al-Hasyr: 20)
Ini menunjukkan tingginya kemuliaan dan keutamaan mereka.
Allah memposisikan orang-orang bodoh sebagai orang-orang buta. Allah berfirman, "Apakah orang yang mengetahui bahwa hanya kebenaran yang diturunkan kepadamu sama dengan orang buta?" (QS. Ar-Ra'ad: 19)
Jadi di sini hanya ada dua komunitas, yaitu orang-orang berilmu dan orang-orang bodoh. Dan di dalam beberapa ayat Al-Qur'an, Allah SWT menyebutkan bahwa orang-orang bodoh adalah orang yang tuli, bisu, dan buta.”
Menuntut ilmu adalah aktivitas yang panjang. Agar memudahkan dalam menuntut ilmu, seseorang haruslah mengetahui mana ilmu yang penting dan yang lebih penting untuk dipelajari. Mempelajari ilmu haruslah dimulai dari dasar-dasarnya karena orang yang tidak menguasai yang dasar akan kesulitan memahami tingkatan ilmu selanjutnya.
Dalam Hilyah Thalibil ‘Ilmu disebutkan sebuah ungkapan, “Barangsiapa yang tidak menguasai dasar-dasar ilmu dengan baik pasti gagal meraihnya.”
Yang pertama-tama harus dilakukan oleh para penuntut ilmu adalah mempelajari Al-Quran dan menghafalnya. Para ulama terdahulu menghafal Al-Quran sejak kecil. Setelah menghafal Al-Quran, mereka pergi ke majelis-majelis para ulama untuk belajar hadits dan lainnya.
Kitab-kitab yang menjadi rujukan dalam mempelajari ilmu bermacam-macam sesuai dengan kondisi dan madzab. Bakr bin Abdullah Abu Zaid mengatakan dalam Hilyah Thalibil Ilmi, “Ketahuilah, daftar buku mukhtashar maupun buku besar yang menjadi rujukan dalam menuntut ilmu di kalangan para syaikh umumnya berbeda-beda antara satu kawasan dengan kawasan lain, sesuai dengan perbedaan madzab serta buku mukhtashar manakah yang dikuasai dan biasa dipelajari para ulama di kawasan tersebut dalam proses pendidikannya.
Di sini, kondisi juga berbeda-beda antara satu murid dengan murid lain, sesuai dengan perbedaan tingkat intelektual, pemahaman, kuat-lemahnya bakat, serta tajam-tumpulnya kecerdasannya.”
Kemudian Bakr bin Abdullah Abu Zaid menyebutkan kitab-kitab yang biasa dipelajari sesuai tingkatannya.
1. Dalam bidang tauhid:
- Tsalatsatul Ushul wa Adillatuha karya Muhammad bin Abdulwahab
- Al-Qawa’idul Arba’ karya Muhammad bin Abdulwahab
- Kasyfusy Syubuhat karya Muhammad bin Abdulwahab
- Kitabut Tauhid karya Muhammad bin Abdulwahab
2. Dalam bidang tauhid asma’ wa shifat:
- Al-Aqidah Wasithiyyah karya Ibnu Taimiyah
- Al-Hamawiyyah karya Ibnu Taimiyah
- At-Tadmuriyyah karya Ibnu Taimiyah
- Al-Aqidah Ath-Thahawiyah karya Ath-Thahawi beserta syarahnya
3. Dalam bidang nahwu:
- Al-Ajurumuyyah karya Al-Hariri
- Mulhatul I’rab karya Al-Hariri
- Qathrun Nada karya Ibnu Hisyam
- Alfiyyah karya Ibnu Malik beserta syarahnya yang ditulis oleh Ibnu Aqil
- Al-Arba’in karya An-Nawawi
- ‘Umdatul Ahkam karya Al-Maqdisi
- Bulughul Maram karya Ibnu Hajar Al-Asqalani
- Al-Muntaqa karya Al-Majd Ibnu Taimiyah
- berlanjut pada pembacaan enam kitab induk dan lainnya
5. Dalam bidang musthalah hadits:
- Nukhbatul Fikar karya Ibnu Hajar Al-Asqalani
- Alfiyyah karya Al-Iraqi
6. Dalam bidang fikih:
- Adabul Masyyi ilash Shalah karya Muhammad bin Abdulwahab
- Zadul Mustaqni’ karya Al-Hijawi
- ‘Umdatul Fiqh dan Al-Muqni’ karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi untuk perbedaan pendapat.
- Al-Mughni karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi untuk perbedaan pendapat tingkat tinggi.
7. Dalam bidang ushul fikih:
- Al-Waraqat karya Al-Juwaini
- Raudhatun Nazhir karya Ibnu Qudamah
8. Dalam bidang faraidh:
- Ar-Rahabiyyah beserta beberapa syarahnya
- Al-Fawa’idh Al-Jaliyah
9. Dalam bidang tafsir:
- Tafsirul Al-Qur’anil Adzim karya Ibnu Katsir
10. Dalam bidang ushul tafsir:
- Al-Muqaddimah karya IbnuTaimiyah
11. Dalam bidang sirah nabawiyah:
- Mukhtashar Sirah Rasul karya Muhammad bin Abdulwahab
- As-Sirah An-Nabawiyah karya Ibnu Hisyam
- Zadul Ma’ad karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
12. Dalam bidang bahasa Arab:
- Al-Mu’allaqat As-Sab
- Al-Qamus karya Fairuz Abadi
Kemudian Bakr bin Abdullah Abu Zaid memberikan tambahan, “Para penuntut ilmu juga membaca secara cepat kitab-kitab tebal seperti kitab Tarikh dan Tafsir yang ditulis oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Katsir. Mereka juga fokus mengkaji buku-buku karya Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, juga buku dan fatwa para ulama pemuka dakwah di bidang akidah.”
***
Referensi:Bakr bin Abdullah Abu Zaid. Hilyah Thalibil 'Ilmi. (terjemah: Perhiasan Penuntut Ilmu. 2014. Surakarta: Penerbit Al-Qowam
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah. Miftah Dar As-Sa’adah. (Terjemahan: Kunci Kebahagiaan. 2004. Jakarta: Penerbit Akbar Media Eka Sarana. Ebook oleh Maktabah Raudhatul Muhibbin)
***
Sukrisno Santoso
Ditulis pada hari Jumat, 25 April 2014, di Masjid Munazayid, SMPIT Mutiara Insan Sukoharjo
0 komentar:
Posting Komentar